Jumat, 20 April 2012

Uri Minnie


POV    : U-Know Yunho

Author  : Febryana

***

"Hyung__"

"Emm, ada apa?" aku masih saja memusatkan perhatianku ke lembaran-lembaran kertas yang menumpuk di meja kerja, membalik satu per satu, menandatanganinya, lalu menumpuknya jadi satu.

"Kau tidak makan?" Changmin membungkukkan badannya, mengamati apa yang sedang kusibukkan.

Aku membetulkan letak kaca mataku, "Kau sendiri sudah makan?" tanyaku balik.

Changmin berdecak malas, "Hyung, berhentilah mengkhawatirkanku, aku sudah besar!" Ia melipat tangannya di depan dada.

Aku terkekeh, "Arraseo, uri minnie. Kajja, kita mau makan apa?" Kulingkarkan tanganku di bahunya.

"Emm, coba kita lihat," Ia meletakkan telunjuk di dagunya, memasang tampang berpikir, "Entahlah, aku tak punya ide," ia meringis jahil.

"Ya! Untuk apa kau menawariku makan?," Aku menjitak kepalanya pelan.

Aku tahu ia hanya mencoba mengingatkanku untuk tetap memperhatikan kesehatan diantara jadwal kami yang padat, tapi di sisi lain aku lebih mengkhawatirkan dirinya, matanya yang cekung, tulang pipinya yang menonjol, dan wajahnya yang pucat, itu semua cukup membuatku merasa sebagai Hyung yang tidak berguna.

"Kau mau makan apa? Kali ini aku yang masak," Aku tersenyum bangga. Ia menatapku ragu sekilas.

"Emm, baiklah, aku mau ddubokki," Ia tersenyum polos seperti anak kecil.

"Ya! Kau mau membunuh perutmu? Lihat pipimu yang tirus dan otot bisepmu yang sudah tak berbentuk itu."

"Ddubokki dan otot bisep tak ada hubungannya__," ia memutar bola matanya-malas.

"Kau mau membantah hyung-mu ini?," aku berkacak pinggang.

"Bilang saja kalau kau tak tahu cara memasaknya__," Changmin menggembungkan pipinya. Ia meringkuk diatas sofa, memeluk kedua kakinya, "Kalau Jae-hyung ada disini, kita tak kan ribut soal makanan."

Nama Jae keluar lagi dari mulutnya, aku hanya bisa tersenyum miris, selama ini Jae yang selalu memasak dan memanjakan kami dengan berbagai jenis makanan, ya, kalau saja ada Jae...

"Ok, akan kutunjukkan kalau aku lebih hebat dari orang itu!" Aku melipat lengan kemejaku sampai siku.

"Kau mau masak apa hyung?" ia berdiri dari duduknya.

"Ramen__," aku meringis jahil. Mau bagaimana lagi, cuma ramen yang bisa kubanggakan, benar-benar tak menyelesaikan masalah.

Changmin menatapku malas, lalu memilih bergelung di sofa, menutupi kepalanya dengan bantal.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar