Selasa, 10 April 2012

Kalau memang aku orangnya (1)



Aku terperangkap dalam waktu, setahun yang lalu, tepat di kursi taman ini, aku melihatmu berdiri di samping kolam, menyebar biji-bijian kepada merpati liar yang kelaparan. Aku rasa kau sudah gila, di musim dingin seperti ini masih saja keluar tanpa syal ataupun sarung tangan. Atau kita memang sama gilanya, memilih berada ditengah kesunyian, meninggalkan kehangatan perapian di dalam sana.

Hari ini, mungkin yang keseratus kalinya, aku duduk disini, di bangku taman ini, tapi tak ada kamu yang seperti biasanya, aku sudah melewati kelima puluh kali suasana seperti ini, sendiri dan ganjil. Pikiranku melayang saat pertama kalinya kau menyunggingkan senyum padaku dan aku hanya membalasnya singkat, begitu saja, lalu berlalu.

Hari ke-51, 52, 53 ...

Kau tak pernah datang lagi, awalnya aku kira kau sakit atau pergi ke luar kota untuk waktu yang lama, tapi ini sudah hari yang keseratus, tiba-tiba aku merasa khawatir, bukankah ini terlalu berlebihan, mengkhawatirkan seseorang yang tak pernah kau kenal?

Senja pun tiba, semburat jingga bercampur ungu menghiasi langit, lampu-lampu taman mulai menerangi jalan setapak yang kulewati tadi. Aku berdiri dari dudukku, melangkah lagi melewati jalanan batu yang lembab dengan semak murberry di samping kiri dan kanannya, mungkin dia akan datang besok, kataku dalam hati.

“Maaf__,” seseorang menepuk punggungku dari belakang.

Aku menegakkan kepalaku, mendapati dirinya berdiri di hadapanku, tiba-tiba sensasi kembang api bergejolak dari perut lalu naik ke dadaku, membuat jantungku berdegup tak berirama sesaat.

“Kau menjatuhkannya...,” ia mengulurkan sebuah buku yang kurasa aku mengenalinya, itu__

Aku menulis tentangnya di buku itu, dari hari pertama hingga terakhir kali aku melihatnya, semua tentangnya, bahkan aku baru sadar aku sudah memenuhi buku itu dengan orang yang sama, orang yang tak kukenal, tapi sudah begitu hebatnya mencuri perhatianku, tapi buku itu sudah lama hilang, dan sekarang- ironisnya, ia yang menemukannya, tanganku kebas.

Aku hanya tertunduk, entah malu ataukah takut, faktanya ia menemukan buku itu, sengaja atau tidak sengaja, pasti ia sudah membacanya, aku berdiam ditempatku sekarang, mati rasa.

“Kalau memang aku orangnya, aku akan sangat bahagia__.” Ia tersenyum kearahku.

Dan mulai saat itulah, kami memilih untuk meninggalkan kesunyian yang tanpa sadar telah membuatku menderita selama lima puluh hari penantian, pertemuan kali ini membuat hatiku terasa hangat, kurasa ini lebih baik dibandingkan mengurung perasaan dalam berlembar-lembar tulisan.

P.s : gara-gara Love in The Ice-nya DBSK, jadi lahir tulisan ini, itu lagu sumpah ya, mellow-dalem bgt maknanya * guling2 di kasur
Hope u enjoy it ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar