Minggu, 10 Maret 2013

Romantis adalah

Favim.com


Pagi. Romantis adalah ketika aku memandangi wajahmu yang masih terlelap dalam mimpi, tersungging senyum ketika kau mulai membuka mata, kau belum sepenuhnya bangun, lalu mengucap, "Selamat pagi."

Siang. Romantis adalah ketika aku sibuk menyiapkan makan siang, celemek kotor, bau bawang, kau tersenyum, berkata kalau masakanku adalah yang terbaik di dunia, padahal aku tahu kalau rasanya mungkin tak karuan, lalu mengucap, "Terima kasih."

Sore. Romantis adalah ketika kita berdua duduk di beranda, menyesap teh bersamaan, bercerita tentang hari yang melelahkan, disisipi sedikit lelucon juga harapan, saling memandang satu sama lain, tersenyum, mengerti tanpa harus bersuara, dalam hati, "Aku bahagia."

Malam. Romantis adalah ketika kita berjalan berdua di trotoar, diiringi kerlip warna-warni lampu jalanan, berpegangan tangan, menikmati angin yang menerpa wajah, pipi bersemu merah, beriringan melangkah seirama, tersenyum, "Aku bersyukur memilikimu."

 Setiap hari. Romantis adalah "Aku mencintaimu."



Selasa, 05 Maret 2013

Cukup Tahu



tumblr.


Ketika kau naik bianglala, kau pasti tahu rasanya, aku pernah mencobanya waktu kecil dan itu sungguh luar biasa, setidaknya ingatanku tak terlalu buruk untuk memutar ulang sensasinya.

Seperti balon gas yang dilepas ke angkasa, perlahan bergerak keatas, mencoba menyentuh langit bertabur bintang.

Saat jantungku berdentam-dentum dan kapsul itu mulai naik perlahan, takut, khawatir,tapi  juga berharap sampai atas, aku menunggu dengan tak sabaran.

Aku gugup sekali, hingga tak berani melihat ke bawah, tapi sekelilingnya sungguh menakjubkan, lampu-lampu kota berpendar indah dan bintang-bintang berkelip terang, warna-warni penuh sambutan.

Saat aku ada di titik tertingginya, kekhawatiran itu meleleh begitu saja, gembira dan bangga menatap dunia, sungguh menakjubkan.

Lalu kapsulnya bergerak lagi, perlahan turun, kembali menapak bumi, tak rela untuk pergi, ingin dan ingin naik lagi, tapi ketika kakiku sudah menjejak tanah, maka aku cukup tahu untuk berhenti dan menyimpannya dalam hati, benar, “Aku berhasil menaklukkan bianglala!”

Dan aku sangat familiar dengan sensasi ini, perlahan harapanku dibumbung tinggi jauh ke angkasa, sedikit takut tapi kutepis, khawatir tapi kunikmati, menunggu, menunggu dengan tak sabaran.

Ketika sampai di titik tertinggi, dilingkupi perasaan gembira dan bangga, aku seakan-akan berhasil meraihnya, hebat.

Tapi waktu memberikan jawaban lain, ia selalu baik, mengingatkanku agar tak bergerak terlalu jauh, mengajakku perlahan turun, menumbangkan harapanku, membuyarkan lamunanku, menarik kembali diriku menapak bumi.

Kalau ini aku tak ingin naik lagi, aku rela untuk pergi, kakiku sudah menjejak tanah, maka aku cukup tahu diri untuk berhenti dan menyimpannya dalam hati, “Kali ini aku gagal lagi!”

Itu tentang kamu, tentang epilog yang tak terduga, jauh berbeda dari kisahku yang berhasil menaklukkan bianglala, benar, waktu selalu baik untuk menghentikan, tapi tak pernah benar-benar baik untuk memberi petunjuk, jatuh ke lubang yang sama, selalu begini, terulang lagi, kecewa juga sedih.

Nyatanya, meski aku cukup tahu, tapi tak pernah cukup untuk mengerti.

Minggu, 03 Maret 2013

Ujung Jalan

www.tumblr.com-dashboard


Kau lihat ujung jalan disana? Meski kabut menggelayut di depan mata, samar, tapi masih terlihat sedikit dimana ujungnya.

Aku, kamu, dan kita seringkali bercengkrama tentang kehidupan, tentang segalanya... 

Kita hanya orang-orang yang mulanya terdampar di tempat yang sama, dengan latar belakang yang berbeda-beda, dengan harapan yang bermacam-macam pula. Anehnya, aku tak pernah merasa kita asing.

Aku, kamu, dan kita seringkali berbagi tangis, tawa, segalanya...

Bahkan ketika kalian melucu, aku malah bisa menangis, bukan karena sedih, tapi karena bahagia, bagaimana bisa kalian lebih lucu daripada acara komedi yang sering kutonton di rumah?

Aku, kamu, dan kita tak pernah mengira kalau akan menjadi sedekat keluarga, segalanya...

Tentang acara merayakan ulang tahun bergilir itu, sungguh, aku menyukainya, terutama di saat kita pura-pura lupa akan hari penting itu, menyebalkan memang, tapi berakhir mengesankan.

Aku, kamu, dan kita adalah persahabatan, segalanya...

Tentang ini aku tak perlu banyak bicara, kalian ada dan aku tak pernah sepi, sedih, sendiri, kalaupun pernah, itu hanya sedikit.

Aku, kamu, dan kita tak pernah tahu kapan, dimana, dan bagaimana kehidupan ini berujung, segalanya...

Tapi, aku bersyukur pada Tuhan, karena aku pernah mengenal kalian, menjadi bagian satu sama lain, sungguh semua ini sangat berharga.

Kau lihat ujung jalan disana? Ini tak lagi jadi penting, karena dimanapun ujungnya, aku, kamu, dan kita hanya butuh untuk terus melangkah. Bersama, saling menyemangati.

 Terakhir, untuk tahun-tahun ini bersama kalian...Sungguh, aku bahagia. Terima kasih, Kawan...




Sabtu, 02 Maret 2013

Lupa

Favim.com

Lupa

Hanya satu hari di bulan kedua, ijinkan aku untuk lupa
Mengigau di perbatasan malam menuju pagi, dini hari
Mengacaukan urat mimpi dengan letupan penasaran
Terikat kuat, tak bisa lepas, dia
Menunggu di ujung jalan, menilik berkali-kali jam tangan
Detik berdenting, lonceng pukul dua belas

Hanya satu hari di bulan kedua, ijinkan aku untuk lupa
Terperangkap keinginan kejutan kembang api
Terbawa ke mimpi sampai siang hari
Penantian tak pernah berujung jawaban
Mengacaukan setapak demi setapak kisah karangan
Detiknya berdenting, pecah tangis tak bersua

Hanya satu hari di bulan kedua, ijinkan aku untuk lupa
Beranjak merebahkan tubuh di kawah mimpi
Beringsut menarik selimut, melawan epilog takdir
Kecewa pasti, karena angan-angan sendiri, pahit
Sekali lagi malam bulan ini terlewati, sepi
Detiknya berdenting, sial perihnya tak mau pergi.