Title :
Without Words (11)
Author :
Febryana
Genre :
Friendship, slightly romance & yaoi
Cast :
All TVXQ members except Kim Junsu :p, BoA
Rating :
AA-PG
Length :
Multi Chapter-3.582 w
BGM :
TVXQ-Thank You My Girl
Mianhae this part absolutely late, keke, actually
I
felt little bit burdened because of this *tears, so I waited for the idea for
every single day-week, but it didn’t work at all, so I decided to delay this
part until SMTOWN, after I had watched Yunho n Changmin at SMTOWN, suddenly
“TAK” I had idea to make it and so hard to stop my fingers, *I just have felt
crazy on writing this part, puahaha...
The previous part was here, so I hope u
can enjoy it, and plis comment, chingudeul, kamsahamnida ;)
***
***
Changmin tengah sibuk melipat pakaiannya lalu
memasukkannya ke dalam koper, ia memilih mengunci pintu kamar agar Yunho tidak
masuk lalu menganggu dirinya yang tengah mempersiapkan segala sesuatu untuk
konser mereka di Jakarta. Ia melirik koper Yunho yang menyembul dari kolong tempat tidur, iseng ditariknya
koper besar itu dari persembunyiannya, ia merasa harus melihat apa yang ada di
dalamnya, tiba-tiba mengintip isi koper Yunho terlihat sangat menarik,
dibukanya koper besar itu, dan begitu saja isinya langsung menyembul keluar, sudah
pasti hyungnya itu hanya melempar asal-asalan pakaiannya ke dalam koper,
akhirnya Changmin hanya bisa menghela nafas melihat kenyataan bahwa Yunho tak
pernah bisa serapih dirinya.
Yunho memutar knop pintu kamarnya, tapi
ternyata terkunci dari dalam, dirasanya Changmin sedang melakukan sesuatu
disana.
“Ya! Kau sedang apa? Buka pintunya!” Yunho
menggedor pintu berkali-kali.
Changmin memutar kepalanya ke arah pintu lalu
meneriaki lelaki tua yang tak sabaran itu, “Jangan ganggu aku, hyung, aku lagi
sibuk!” dengan sigap ia menutup koper Yunho lalu mendorongnya lagi ke dalam
kolong tempat tidur.
“Ya! bocah! Aku sangat lelah, biarkan aku
masuk dan tidur,” Yunho menempelkan kepalanya ke pintu, digedornya lagi pintu
itu dengan lemas.
“Anggap saja ini hukuman untukmu, hyung!
Karena sudah membuat BoA noona menderita dengan penyakit Kim Jaejoongmu itu!”
Changmin meringis jahil, “Ck-ck-ck, kau memang ahlinya merepotkan orang lain.”
“Mworago? BoA?,” Yunho membulatkan matanya,
apa benar sunbaenim terbebani dengan segala rengekannya, tapi mungkin saja Changmin hanya asal bicara,
akhir-akhir ini omongan Changmin seringkali menusuk perasaannya, “Ya! Jangan
seenaknya mengambil kesimpulan! Apa yang BoA katakan padamu? Apa dia mengatakan
sesuatu tentangku?,” Yunho merapatkan telingannya ke daun pintu, menantikan
penjelasan dari bocah yang sudah terlanjur menyulut emosinya itu.
Changmin nyengir, “Rahasia!” jawab Changmin
singkat.
“Ya! Shim Changmin, kau hobi sekali membuatku
kesal, buka pintunya sebelum kudobrak!!!” Yunho memukul pintu kamar dengan
keras, merasakan tangannya berdenyut-denyut nyeri setelahnya.
Mendengar pukulan di pintu, Changmin
berjingkat ngeri, segera diputarnya kunci yang terpasang di knop pintu, Yunho
mundur selangkah, ia melipat tangannya di depan dada lalu memasang tampang
cemberut, Changmin berdiri di depan pintu sambil meringis jahil.
“Hai, hyung__,” ia melambai kecil ke Yunho.
Yunho berdecak kesal, tiba-tiba amarahnya
menguap begitu saja ketika melihat Changmin meringis di depannya, “Demi Tuhan!
Sebenarnya apa sih yang kau lakukan?” Yunho melangkah masuk lalu melempar
tubuhnya ke kasur, “Aaah, akhirnya...”
Yunho melirik Changmin yang mulai lagi merapikan
isi kopernya, “Ya! Ternyata ini yang kau lakukan?” Yunho mendengus jengkel.
“Setidaknya kau sudah berhasil membuatku kehabisan tenaga hari ini, bocah!”
Yunho menarik guling lalu memeluknya,
mengamati Changmin yang sedari tadi sibuk melipat-lipat bajunya, “Tapi__, apa
yang kau katakan tadi itu sungguhan?” tanya Yunho setengah berbisik.
Changmin melirik Yunho yang tengah menatapnya penasaran,
“aku melakukannya bukan karena tanpa alasan, hyung.”
Yunho tahu kemana arah pembicaraan ini
berlanjut, pastinya Changmin akan menceramahinya dengan ini-itu yang bisa
membuat kepalanya pening seketika, “kumohon, jangan mulai lagi, Changmin-ah,”
Yunho menutup matanya, memasang pertahanan untuk omelan dongsaengnya itu
kemudian.
“Dengarkan aku hyung, berhentilah merengek di
depan BoA noona kalau kau tidak berniat untuk mengencaninya, dia sudah banyak
pikiran lalu ditambah lagi dengan dirimu, apa kau tak merasa itu sungguh
berlebihan, kau yang memutuskan untuk menemui orang itu, membuatnya menangis,
lalu mencampakkannya, kalau kau tahu semua akan jadi begini, kenapa kau tidak
mempersiapkan dirimu sejak awal, kau tanggung akibat dari perbuatanmu!”
Changmin merasa bahwa menjauhkan Yunho dari
BoA adalah cara terbaik untuk membuat Kim Jae Joong lebih waras, Yoochun hyung
memberinya informasi kalau Jae Hyung selalu menghabiskan malam-malamnya dengan
minum soju sambil nonton comeback stage BoA bersama Yunho, sungguh mengerikan.
“Huuf, orang itu lagi__,” Yunho memiringkan badannya,
menolak meladeni omelan Changmin yang menyudutkannya.
“Aku serius, hyung. Apa perlu kusebut namanya
sekarang?!!!”
Yunho menutup kedua telinganya, meskipun nama
orang itu tak disebut, tapi kini otaknya secara otomatis sudah menampilkan
berbagai macam ekspresi Kim Jae Joong, “Ya! Kalau kau berani menyebutnya, aku
akan membunuhmu!”
Changmin terkikik, ia mendekati Yunho lalu
membisikkan sesuatu ke telinganya, “__kalau begitu aku akan membuatkan
cappucino untukmu,” ledeknya.
“Ya! Bocah !!!” Yunho menegakkan tubuhnya lalu
melempar tatapan membunuh pada dongsaengnya itu.
“Dengar, aku sudah sangat
kewalahan meladenimu, jangan mengajakku berdebat dengan karangan kekanakanmu
tentang aku dan BoA, jadi kumohon, berhentilah mengomel dan biarkan aku tidur
sekarang, arra?” Yunho kembali meringkuk, menutupi kepalanya dengan bantal,
menolak untuk mendengarkan ocehan Changmin yang melukai hatinya, dan kemudian
ia teringat untuk menambahkan satu kalimat lagi untuk menutup pertengkarannya
dengan Changmin malam ini, “__dan hentikan memasukkan sunbaenim dalam masalah
kita.”
Changmin mendengus kesal, “yaah... Kecuali
kalau dia menyimpan perasaan padamu, hyung__,” Changmin menutup kopernya, lalu
melangkah naik ke kasur, “__kurasa aku bisa memaafkan itu.” Ia kemudian berbaring
telentang disamping Yunho yang kini tengah meringkuk membelakangi dirinya.
***
Tengah malam Yoochun keluar dari kamarnya dan
mendapati Jaejoong tengah menangisi benda persegi panjang di depannya, ternyata
hyungnya tak pernah bosan untuk melakukan hal itu, menonton video comeback
Yunho feat BoA dengan beberapa botol soju bertengger diatas meja yang sama, ia
merosot di sofanya sambil terus mengelap air matanya yang seperti sungai, ia
memang tak pernah bisa menangis dengan keren.
“Demi Tuhan, hentikan menontonnya hyung! aku
bisa gila melihatmu seperti itu setiap malam.” Yoochun memijat pundaknya,
merasakan lelah seketika gara-gara kebiasaan baru hyungnya itu.
Jaejoong menoleh ke belakang, dilihatnya
Yoochun tengah berdiri sambil menahan kuapan-kuapan kantuknya, “Kau bangun?”
lalu ia menarik bantal disampingnya, “Duduklah sini__,” ujarnya sambil menekan touchpad
laptopnya untuk mengulangi video yang sama.
Yoochun duduk disamping Jaejoong yang masih berkonsentrasi
menunggu adegan Yunho menari dengan BoA, dipandangnya mata hyungnya yang sembab
itu, ia hobi sekali menyakiti dirinya sendiri, Yoochun mendengus tak mengerti,
ditutupnya laptop itu setelahnya tanpa menunggu ijin dari orang yang sudah berjam-jam
menyiksa dirinya itu.
Ia berdiri dari duduknya, dilihatnya Jae hyung
tidak protes dengan kelakuannya tadi, “Ini sudah hampir pagi, tidurlah
hyung__.”
“Sepertinya hidupnya lebih baik setelah
meninggalkanku__,” Jaejoong menenggelamkan separuh wajahnya ke bantal yang
dipeluknya, “__dia gemukan sekarang, benar kan?” Jaejoong melirik Yoochun yang
masih berdiri disampingnya.
“Lalu kau tidak terima karena menderita
sendirian, begitu?” Yoochun memiringkan kepalanya ke arah Jaejoong, ia menghela
nafas kemudian, “Sudah kubilang, berhentilah menyiksa dirimu, yeoja-yeoja
diluar sana saat ini tengah menunggumu untuk menikahinya, lalu kenapa kau masih
saja menghabiskan sisa hidupmu hanya untuk seorang Jung Yunho, kurasa aku harus
mencarikan seorang pacar untukmu, atau bagaimana dengan calon istri?CkCkCk, kau
sudah tidak muda lagi hyung__.” Yoochun menggeleng lemas, lalu memasang tampang
setengah bercanda campur sok serius, yang akhirnya membuat hyungnya itu
berdecak kesal.
“Jakkaman! Kau pikir aku tidak laku, begitu?”
Jaejoong akhirnya mengalihkan sepenuhnya tatapannya ke Yoochun, merasa terhina.
“Bukan tidak laku hyung, hanya kau tidak mau,”
Yoochun melipat tangannya di depan dada, “Demi Tuhan, apa sih bagusnya Jung
Yunho, sampai kau tidak bisa melepaskannya, ah, benar juga yang kau mau
hanyalah Jung Yunho seorang, ok, apa kita harus melamarnya sekarang?” ledek
Yoochun.
Jaejoong berdiri dari duduknya, dilingkarkan
tangannya ke pundak Yoochun, “Ah, bagaimana kau bisa membaca pikiranku,
Chun-ah? Aku sudah mempertimbangkannya sejak lama, melamarnya bukan ide yang
buruk juga, ya kan?” Jaejoong meringis jahil.
“Ya! Kau sudah gila, hyung!!!” Yoochun
melepaskan tangan Jae yang melingkar di bahunya, dirasanya otak hyungnya itu
kelewat tidak waras. Ia lalu melangkah pergi dan Jae pun mengekornya dari
belakang.
“Atau aku ke Indonesia saja untuk menemuinya,
bagaimana menurutmu?” Jae merangkul pundak Yoochun lagi lalu menatapnya dengan
wajah sok serius.
Yoochun menghentikan langkahnya, kini ia ingat
kalau pertemuannya dengan Changmin tinggal beberapa hari lagi, dan semua akan
jadi berantakan kalau Jae mengekornya ke Indonesia, tiba-tiba kepalanya
berdenyut-denyut nyeri memikirkan kenekatan yang bisa dibuat seorang Kim Jae
Joong, persis ketika ia menyamar sebagai ahjussi pengantar pizza untuk
mengelabui orang-orang SM.
Dia mendekatkan wajahnya ke arah Jaejoong,
matanya menyipit, Jae terpaksa mundur selangkah merasakan kengerian dari
tatapan sinis dongsaengnya itu, “Jangan mencoba bertindak gila lagi, hyung,” ujarnya
dengan penekanan di tiap kata.
***
BoA menyodorkan sekaleng cappucino dingin
kedepan Yunho, seketika itu ia mengernyit seperti sedang melihat benda
menjijikan di depannya, BoA menarik kursi lalu duduk berhadapan dengan lelaki
itu.
“Wae? Ada yang salah?” BoA melebarkan matanya,
penasaran kenapa Yunho tak mau menyentuh kaleng cappucino dingin di depannya,
“Kau tidak suka yang ini?”
“Ah, anniya, bukan begitu__,” jawab Yunho
ragu, dan tiba-tiba saja suara Changmin berkumandang di penjuru ruang latihan.
“Noonaaaa!” Ia berdiri di depan pintu sambil
melambai penuh semangat ke arah BoA.
“Oh, changmin-ah__,”dan dibalas dengan
lambaian jari tangan oleh BoA.
Yunho melirik Changmin yang melangkah
mendekati meja mereka, ia berharap bisa mengunci dongsaengnya itu di kamar
mandi lalu melakban mulutnya, tiba-tiba suasana hatinya menjadi suram seketika,
pertama gara-gara cappucino, dan sekarang karena Changmin, sepertinya ini akan
menjadi hari yang buruk lagi.
Changmin memasang senyum manis ke arah BoA,
membiarkan salah satu matanya menyipit dan itu dirasanya sebagai aegyo terbaik
dalam hidupnya sebelum dikalahkan oleh Junsu-hyung yang sudah berhasil merebut
posisinya sebagai maknae yang manis nan lucu. Sebenarnya kedatangannya kali ini
tak sepenuhnya karena ingin mendukung comeback noona-nya itu, melainkan untuk
mengawasi lelaki tua disampingnya, yang kini tengah tertunduk memandangi sekaleng
cappucino di hadapannya, sebuah pertanda kalau penyakit Kim Jaejoong-nya lagi
kumat, sekarang ini yang terpenting adalah memastikan kalau Yunho-hyung tak punya
kesempatan untuk mulai menggoda sunbaenim yang dikaguminya.
“Kenapa kau hanya diam, hyung? Kau tak suka
aku datang?” Changmin kini menarik kursi disebelah Yunho. BoA meringis melihat
dua orang lelaki di hadapannya kini yang terkenal tak begitu akur.
“Benar, aku bosan melihatmu,” jawab Yunho
singkat.
“Jangan ge-er hyung, aku datang kesini karena
BoA noona, aku perlu menyemangatinya disaat ia kewalahan mengurusmu, benar
begitu kan noona?”
Boa terkikik, ia mengangguk setuju, dilihatnya
Yunho yang begitu menyedihkan dibully
oleh dongsaengnya sendiri. Tiba-tiba BoA tersadar kalau Yunho sama sekali belum
menyentuh sekaleng cappucino di hadapannya, “Aku penasaran Changmin-ah, apa
hyungmu ini alergi cappucino? ia sama sekali tidak mau menyentuhnya__,” BoA
memajukan dagunya menunjuk kaleng cappucino yang masih utuh disana.
Changmin nyengir, ia mendekatkan wajahnya ke
BoA seraya berbisik kearahnya, “Dia sangat membenci cappucino, noona. Kau tahu
kenapa?”
BoA melebarkan matanya, merasa ingin tahu
misteri cappucino dalam hidup seorang Jung Yunho, Yunho yang merasakan
ketidaknyamanan akhirnya mulai angkat bicara.
“Jangan dengarkan dia, sunbae. Dia pandai
sekali mengarang cerita,” Yunho lalu melempar tatapan kau-mau-mati ke arah
Changmin. Changmin pun menelan kembali kalimatnya.
“Kau suka sekali bermain rahasia-rahasiaan
Yunho-ah, apa aku tidak boleh mengetahuinya?” Boa menatap Changmin memohon,
“__sedikiiiit saja?”
Changmin membalas tatapan BoA dengan tampang
yang dibuat sok menyedihkan, “Sayang sekali noona, sebaiknya kau tidak perlu
tahu, karena ini bisa jadi sangat mengerikan,” Changmin bergidik ngeri, dan BoA
menghela nafas karena rasa penasaran yang kini menggantung di hatinya.
Changmin sedikit merasa bersalah, “Bukankah
kau sudah mencoretnya dari daftarmu, noona? Jadi kau tak perlu penasaran lagi
dengan lelaki tua disampingku ini,” tambahnya. Changmin tersenyum mengejek
Yunho, sedang Yunho memutar kepalanya, menolak menatap dongsaengnya yang masih
percaya bahwa ia akan mengencani BoA.
BoA tertawa kecil, ia lalu memasang tampang
sedih, “Haah. Kalau saja aku bisa melakukannya, Changmin-ah?__.” BoA kemudian
bertopang dagu.
Yunho dan Changmin membelalakan matanya,
mereka memandang BoA tak percaya, apa
mereka tidak salah dengar, terutama Changmin, kini ia harus menelan ludah,
kerongkongannya tiba-tiba terasa kering, dan sebelum ia membuka mulut untuk meminta
kejelasan pernyataan noona-nya barusan, BoA sudah berdiri dan bersiap untuk
kembali latihan.
“Cha, sebenarnya aku pengen ngobrol lebih
banyak lagi denganmu Changmin-ah, tapi kau tahu sendiri, aku hampir tercekik
karena jadwal sialan ini,” BoA pura-pura mengiris lehernya dengan tangan. “Ya!
Jung Yunho, kenapa kau masih duduk? Ayo kita latihan lagi!”
Dan Yunho langsung sigap berdiri mengekor BoA,
sedang Changmin hanya bisa melongo memandangi punggung kedua orang itu.
***
Yunho menyambar handuk yang tergelatak di
kursi, kini seluruh tubuhnya berkeringat, diliriknya BoA yang tengah terduduk
di lantai, menggembungkan pipinya lalu mengipas-ngipaskan tangan ke lehernya,
ia mengambil sebotol air mineral dan menegaknya segera, lalu tiba-tiba
handphonenya mengeluarkan bunyi-bunyian tanda pesan masuk, ia meraih
handphonenya lalu menggeser screennya, dan seketika itu matanya terbelalak, 5
pesan singkat dan 10 kali misscall dari “Si Bocah,” nama yang ia simpan
dikontaknya mewakili Shim Changmin, dongsaengnya itu. Ia membuka satu-satu
pesan itu.
Pesan 1
Dari :
Si Bocah
Hyung,
kenapa kau tidak mengangkat teleponku?!!!
Yunho mengernyit, apa bocah ini merindukan
dirinya? Aneh sekali, batinnya.
Pesan 2
Dari :
Si Bocah
Okay,
kurasa kau masih latihan disana, kalau sudah selesai segera telpon aku!!!
Pesan 3
Dari :
Si Bocah
Ya! Lama
sekali?!!! Aku hampir mati penasaran!!!
Yunho meringis, kalau benar begitu mungkin
sekarang dongsaengnya sudah jadi arwah penasaran.
Pesan 4:
Dari :
Si Bocah
Dengar
Hyung, kalau kau tidak berniat mengangkat telpon dariku, setidaknya kirimi aku
pesan balasan!!! argh
Pesan 5:
Hyuuunggg...
Yunho kemudian menekan tombol panggil, ia lalu
menarik kursi di dekatnya, menunggu Changmin mengangkat telpon darinya.
Changmin berteriak dari ujung telepon “Ya! Kau
sedang apa? Kenapa tak membalas pesanku!”
Yunho menarik kepalanya menjauh dari handphone
yang ia dekatkan ke telinga, “Ya! Aku tidak tuli, kecilkan suaramu. Okay,
kenapa kau mengirimkan 5 sms dan meninggalkan 10 misscall di hp-ku, merepotkan
saja__.”
“Dengar, hyung. Sehabis latihan jangan pergi
kemana-mana, langsung pulang, jangan berkeliaran di jalanan, arra?,” Changmin
mengatur nafasnya, berusaha bersikap tenang menasehati Yunho, kata-kata BoA
tadi membuatnya tak bisa duduk tenang di rumah.
Yunho memutar bola matanya, “Aku bukan
gelandangan bocah, lebih baik kau khawatirkan asupan gizimu untuk comeback kita
nanti.” Tiba-tiba suatu hal terlintas di pikiran Yunho, “ah, jakkaman. Mungkin
kali ini aku akan pulang terlambat, sunbaenim mau mentraktirku makan
samgyoepsal__.”
Changmin tercekat, yang dikhawtirkannya pun
menjadi kenyataan, “BoA noona?”
“Em__, ” Yunho mengangguk sambil memainkan
jari-jarinya, membentuk lingkaran-lingkaran
di mejanya.
“ANDWAE, kau tak boleh pergi, Hyung!!!”
Changmin kini berdiri di atas ranjangnya, memeras otak mencari-cari alasan yang
tepat untuk menjauhkan Yunho dan BoA.
Yunho berjingkat kaget, “Ya! Kau ini kenapa?
Kau salah makan?!”
Tiba-tiba kata-kata Yunho membuat ide sakit perut
tercetus dari otaknya, “uh-huh, iya, aku salah makan, hyung, aku tak tahu harus
berbuat apa?” Changmin membuat nada suaranya terdengar setragis dan seme-milu-kan
mungkin, dan diakhiri dengan teriakan ke handphonenya,“__maka dari itu, CEPAT PULANG!!!”
“Ya! Benarkah?” kini nada suara Yunho berubah
jadi sangat khawatir. “Dengar, kau jangan kemana-mana, aku akan segera membeli
obat, tetap disana, arrachi?” Yunho gelagapan dibuatnya, tidak biasanya
dongsaengnya itu sakit, dan kalau ia benar-benar sakit, mungkin mereka tidak
akan bisa comeback minggu depan, Yunho pun segera menyambar tasnya, BoA yang
sedari tadi mengamati mulai merasa khawatir.
“Yunho-ah, ada apa?” Boa menanyai Yunho yang
sudah melenggang menuju pintu keluar.
“Maafkan aku sunbaenim, acara makan malam kali
ini kita tunda saja, lain kali aku akan mentraktirmu,” segera ia melangkah
cepat, ditinggalkannya BoA yang setengah khawatir juga setengah kecewa.
***
“Hyuuuung!!!” Yoochun melangkah cepat,
mencari-cari lelaki yang berhasil membuat kepalanya berdenyut-denyut nyeri, ia
melangkah menuju dapur, dilihatnya sosok itu tengah menghisap ramennya.
Yoochun menarik kursi di samping hyungnya itu,
“Hyung! Apa-apaan ini?” Yoochun menggebrak meja, ditunjuknya salah satu artikel
koran pagi yang baru separuh dibacanya di ruang tamu tadi.
Jaejoong mengelap bibirnya, lalu membaca judul
artikel yang ditunjuk Yoochun, “Hebat, kenapa mereka bisa tahu, Chun-ah?”
Jaejoong membelalakan matanya, memasang ekspresi pura-pura kaget.
“Sekarang jelaskan, kenapa aku malah tidak
tahu akan hal ini? Demi Tuhan, sebenarnya apa sih yang ada di otakmu, hyung!”
Yoochun memandang Jaejoong kesal.
Jaejoong mengelus punggung Yoochun,
“Tenanglah__, ini hanya fan meeting,
berhentilah mengkhawatirkanku secara berlebihan.”
Yoochun merasa pening seketika, dipeganglah
kepalanya yang tiba-tiba terasa berat, “kau sudah tidak waras, hyung. Untuk apa
melakukan fanmeeting? Kita tidak
dalam proses comeback apalagi
konser,” Yoochun menatap Jaejoong, tidak mengerti “__dan kenapa harus di
Indonesia?!” tambahnya.
“Coba aku pikir__,” Jae mengelus-elus dagunya,
“Junsu sudah konser disana, kau juga akan kesana, lalu aku? Apa kau tak merasa
kalau ini tak adil,” Jae kini merangkul pundak Yoochun, “Aku berjanji tak akan merepotkanmu Chun-ah, jadi tolong
dukung aku untuk ini, jebbal__,” Jaejoong meringis.
Yoochun mendengus jengkel, sepertinya akan
sulit untuk memaksa Jae-hyung untuk tidak pergi ke Indonesia, hyungnya itu
terkenal keras kepala, “Tapi berjanjilah untuk tidak berlari ke hotel menemui
Yunho-hyung!”
“Ya! Aku kesana tanggal 3 November, lagipula
aku tidak senekat itu__,” Jaejoong menggigit bibir bawahnya, merasakan ada nada
ragu di kalimat terakhirnya.
“Apa aku bisa mempercayaimu? Setelah
penyamaranmu yang gagal itu?” Yoochun meledeknya.
“O! Tentu saja_,” jawab Jae dengan anggukan yang
dipaksakan agar terlihat meyakinkan.
Dan Yoochun hanya bisa tertawa kecil melihat
hyungnya yang satu itu.
***
Changmin sedang meminum susunya di depan TV
sambil memegang roti selai di salah satu tangannya, diliriknya Yunho yang masih
di kamar mandi setelah setengah jam berlalu sejak ia masuk kesana, sudah lama
pakai nyanyi lagi, satu atau dua lagu sebenarnya tak masalah, tapi yang ini
hampir satu album, ia pun meletakkan gelas susunya lalu menjejalkan potongan
terakhir rotinya ke dalam mulut, didekatinya pintu kamar mandi sambil
menyegerakan menelan roti di mulutnya.
“Hyung! Kau mau konser? Hentikan menari dan
menyanyi di dalam situ, cepat keluar! Kau kan janji mau mentraktirku minggu
ini?!!!”
Yunho membilas tubuhnya di bawah shower,
sambil meneriaki Changmin dari dalam kamar mandi, “Kau ini manja sekali,
mentang-mentang lagi sakit, seenaknya saja kau menyuruh ini itu__,” Yunho
kembali lagi menyanyikan salah satu lirik lagu ‘Thank You My Girl.’
Changmin menelan ludah, ternyata hyungnya
masih percaya kalau dia benar-benar sakit perut kemarin, padahal obat yang
diberi Yunho sama sekali tidak diminumnya, disembunyikannya obat itu di tas
koper miliknya yang sudah pasti aman dengan kode kunci yang hanya ia yang tahu,
dan tiba-tiba bel masuk berbunyi, Changmin menggedor pintu kamar mandi, “Ya!
Ppali__,” teriaknya ke Yunho, sebelum segera berlari menuju layar interkom.
Dipencetnya salah satu tombol di layar itu,
dan ‘cling’ wajah BoA langsung memenuhi layar interkom di depannya, BoA
tersenyum manis, “Changmin-ah, apa itu kau? Hehe, aku datang lagi__,” BoA
meringis seraya menyelipkan rambut ke belakang telinganya.
“Gawat, kenapa BoA noona datang kemari?”
Changmin pias seketika, ia lalu melirik ke kamar mandi, Yunho tengah selesai rekaman, ia juga sudah mematikan
showernya, sigap disambanginya pintu kamar mandi, ia lalu memutar kuncinya,
tiba-tiba pikiran untuk mengurung Yunho disana adalah yang terbaik untuk saat
ini.
Mendengar bunyi klik dari knop pintu, Yunho
pun menyampirkan handuk ke bahunya, ia lalu meraih knop pintu dan memutarnya,
terkunci! “Ya! Bocah, apa yang kau lakukan?!!!” Yunho meneriaki bayangan
Changmin dihadapannya.
“Ssst, tetap disitu, dan jangan mengeluarkan bunyi
apapun sebelum aku memperbolehkanmu keluar!” bisik Changmin ke pintu kamar
mandi.
“Ya! Kau gila
bocah!!!,” teriak Yunho lagi sebelum akhirnya terduduk di closet dengan
perasaan kesal.
Changmin lalu
menekan tombol open di layar interkom, dan bergegas membuka pintu masuk untuk
noona-nya.
“Hai, noona, ada
angin apa sampai kau repot-repot kemari?” Changmin mempersilahkan masuk,
diamatinya BoA yang membawa dua plastik besar di kedua tangannya.
“Bisa tolong bantu
aku, Changmin-ah?” BoA terlihat begitu kewalahan, Changmin pun segera meraih
dua plastik besar dari tangan BoA dan menjinjingnya ke atas meja makan,
sementara itu BoA mengganti sepatunya dengan sandal rumah.
“Uh, apa ini
noona?” Changmin mengintip isi plastik besar itu, yang ternyata dipenuhi oleh
sayur, buah, daging, dan ikan. “Kau belanja segini banyaknya?” Changmin menatap
BoA tidak percaya, “__sendirian?” tambahnya.
BoA mengangguk
seraya tersipu, “Ehem, kudengar kau sakit Changmin-ah, jadi kukira aku harus
datang untuk menjengukmu, dan akan terlihat aneh kalau aku tidak bawa apa-apa,
kan?” BoA menghampiri Changmin lalu mengeluarkan isi kantong plastik besar itu
satu per satu ke meja makan.
Tiba-tiba jantung
Changmin mencelos karena perhatian noonanya itu, kalau saja diperbolehkan, ia
ingin sekali memeluk BoA untuk mengucapkan terima kasih, tapi itu tidak mungkin
terjadi, BoA sungguh wanita yang baik dan manis, tapi kebohongannya tentang
sakit perut terasa begitu kejam karena telah memaksa noona yang dikaguminya ini
menyamar sebagai orang biasa untuk berbelanja di super market, ya Tuhan, aku
siap untuk dihukum, sesalnya kemudian.
“Terima kasih,
noona__,” Changmin menatap BoA penuh arti dan dibalas dengan senyum malaikat
oleh noonanya itu.
“Oh, iya, mana
hyung-mu? Kok tidak kelihatan?” BoA memutar kepalanya, mencari-cari lelaki yang
ingin ditemuinya disamping menjenguk Changmin.
Changmin tergelak,
ia lalu melirik ke kamar mandi, untunglah hyungnya itu menuruti perintahnya,
jujur saja Changmin masih khawatir kalau BoA memang menyimpan perasaan pada
Yunho-hyung, lebih tepatnya ia kurang terima kalau Yunho mendapatkan wanita
sebaik BoA, sedang lelaki tua itu belum sepenuhnya melupakan Jae-hyung,
lagipula ini demi kebaikan hyung-hyungnya, tidak melibatkan BoA terlalu jauh
adalah jalan yang terbaik saat ini, sementara Changmin mengadu pembelaan di
otaknya, BoA kini tengah mondar-mandir di dapur menyiapkan beberapa peralatan
untuk memasak.
“Dia baru saja
per__,” dan sebelum Changmin menyelesaikan kalimatnya, Yunho sudah mengingkari
janjinya.
“Siapa yang datang
bocah?! Sepertinya aku mendengar suara BoA__,” teriak Yunho dari dalam kamar
mandi.
Changmin tercekat,
ia segera berjingkat ke kamar mandi, ditinggalkannya BoA yang masih celingukan
mencari darimana suara Yunho datang. Ia lalu membuka sedikit pintu kamar mandi,
ditatapnya Yunho dengan tatapan membunuh, “Ya! Kusuruh kau diam, kan?!!!”
Changmin menceramahinya dengan nada berbisik.
Yunho yang sedari
tadi meradang di kamar mandi pun menjeblak keluar dengan anarkis, membuat Changmin
yang kurus tinggi terjengkang ke belakang, dan saat dia sudah keluar kamar
mandi didapatilah BoA tengah membelalakan matanya memasang ekspresi kaget
bercampur ngeri, dan sepersekian detik kemudian ia menutup mata sambil
berteriak seperti sedang melihat kecoa didepannya. Yunho baru sadar, kalau ia
tengah setengah telanjang di depan BoA, untung saja dari perut ke lutut masih
aman tertutup handuk yang terlilit di pinggangnya, ia pun melirik Changmin yang
memegangi perut sambil terkikik di belakangnya, kemudian ia berlari segera ke
kamar, untuk mengganti kostum mandinya.