Selasa, 27 Maret 2012

Come Back (Yunho)


Berkali-kali aku mencoba mengerti pilihanmu, membiarkan semua yang sudah kita bangun bersama berantakan dalam dua pilihan, yaitu kau atau aku.

Kau pasti tahu, aku selalu menyembunyikan kepahitan dibalik senyuman dan tepukan ramai penonton.

Sialnya, mereka sama saja, masih percaya bahwa kita akan kembali, merangkai lagi kisah keberhasilan bersama.

Hah, mereka menyebut-nyebut namamu lagi, sebuah nama yang membuatku muak sekaligus rindu, bercampur menjadi sebuah kekecewaan yang teramat dalam.

Lalu apakah kau sekarang merasa senang? Meninggalkanku bersama seorang bocah yang terlalu malang jika ia sampai menjadi gila.

Kau yang menginginkannya, sekarang pantaskah kau tersenyum diatas penderitaan kami?

Pantaskah kalian hidup bebas? sedang kami masih terkurung disini bersama berjuta-juta jadwal yang tak memberikan sedetik pun waktu untuk bernafas.

Jadi kumohon pada kalian, berhentilah membayangkan sesuatu yang tampaknya sulit untuk terwujud, berhentilah membuat cerita tentang aku dengan dia, seseorang yang dulunya kucintai sekarang sudah pergi, atau lebih tepatnya mengkhianatiku.

Dan untuk kau, si pengkhianat yang sangat sulit untuk kubenci, berhentilah mencoba mengirim pesan padaku, temui aku, kembalilah padaku, karena aku tak bisa hidup tanpa separuh jiwa yang hilang...

Jumat, 23 Maret 2012

The Broken Heart


BGM : How Can I (TVXQ)



Kau tak menyadarinya Hyung, atau kau tahu lalu berpura-pura tak peduli, inikah yang kau sebut sebagai suatu cara untuk melindungiku, menjagaku, dan menghapus air mataku. Bukankah kita terlalu menyedihkan? Sebagai dua orang yang ditinggalkan? Yang tetap bertahan meski terlalu pahit untuk melihat kenyataan.



Kau mungkin bisa membaca mataku Hyung, aku merindukan kita yang dulu, tak usah kujelaskan siapa kita, seluruh dunia tahu, kita berlima adalah yang terhebat, lalu kenapa kau hanya diam Hyung? Bukankah kita begitu bahagia saat itu.



Aku tahu kau masih mengingatnya Hyung, “my other half” yang kau sebut sebagai pengkhianat, kau tak kan pernah bisa benar-benar membencinya, aku tahu itu, karena saat ini hanya aku yang bisa melihat keadaanmu yang sebenarnya, jadi berhentilah sok tabah di depanku, kau bisa membohongi seisi dunia dengan senyummu yang menawan, tapi itu tak berlaku bagiku.



Bertahun-tahun aku berdiri diantara kalian, melihat kenyataan bahwa aku hanya menjadi pendengar yang baik ditengah tawa ataupun tangis yang kalian bagi berdua. Aku hanya berdiam bersama duniaku yang begitu kekanakan dan mungkin merepotkan bagimu, tapi meski begitu, aku lebih suka saat itu Hyung, saat dimana kita berlima menghabiskan malam-malam dengan permainan yang tak masuk akal, empat orang dewasa yang gila dan satu bocah yang innocent.



Kau tahu Hyung, aku takkan pernah bisa menjadi dia, aku bukan dia, dan jangan perlakukanku seperti apa yang kau lakukan padanya, meskipun kau beratus-ratus kali mencobanya, percayalah, kau tak kan menemukan Hero dalam diriku yang menyedihkan ini.



Apakah aku harus membuat pipiku tirus, mataku sayu, dan hidungku mimisan, sampai kau sadar bahwa aku terlalu menyedihkan berada di panggung besar yang penuh kemunafikan ini. Hanya kita berdua yang kesepian ditengah hingar bingar dunia yang kejam. Bukankah aku terlalu muda untuk hancur seperti ini Hyung?



Jadi tolong, kumohon Hyung, kembalikan aku menjadi Shim Changmin yang dulu, yang selalu tersenyum dan tertawa bahagia bersama kalian... kita yang berlima.

Terakhirnya

Aku membaca tatapanmu yang hanya diam seribu bahasa, dengungan ayat Al-Qur’an entah surat apa dan ayat yang mana sayup terdengar, tak terasa air mata sudah mengalir di kedua pipiku, bahkan untuk reflek mengusapnya pun aku tak mampu, aku bagai mayat hidup diatas dipan ini, selang-selang yang mereka sebut sebagai penopang nyawa melilitku dari segala arah, garis-garis hijau kardiograf yang naik turun tak pernah bosan mengeluarkan bunyi-bunyian seirama detak jantungku yang melemah, aku tak protes dengan perlakuan ini, meskipun sebenarnya aku tahu semua ini sia-sia.

Ini saat terakhir dan tak kan ada waktu lagi untuk berpikir dua kali, aku memberikan isyarat untuk membacakannya, sebuah tulisan dalam buku harianku, sebelum aku pergi.

Jan, 2007
Yang kubisa saat ini hanyalah menuliskan namamu dalam buku harianku dan menggumamkannya berulang kali, aku sadar otakku sudah mulai tak waras, seperti orang gila aku mengeja namamu ratusan kali dalam lirih, meneriakki dirimu yang sama sekali tidak mengetahui, dari sekian tanda-tanda yang terjadi, kurasa kau belum terlalu peka untuk memahami, dan aku tak tahu bagaimana mengakhiri semua ini...

May, 2008
Bukan balasan yang kumau, hanya sekedar kamu tahu, bahwa aku pernah ada dan mengagumi, seharusnya aku tak sebodoh dan sepengecut ini, tapi aku hanya wanita biasa yang tak lebih unggul dari bidadari-bidadari yang lain, kau tahu aku hanya berani menulis...

March, 2009
Bertahun-tahun aku menyimpan semua ini, berharap dengan sucinya kasihku, Ia akan mempertemukan kita kembali dalam dekapan ilahi, sebagai suami istri, Amin.


July, 2010

Walaupun semakin sakit jantung ini berdenyut, tapi bisakah Kau beri sedikit waktu bagiku untuk bertemu dengannya lagi, aku janji ini yang terakhir kali...


Sept, 2010

Kau kabulkan doaku, ia datang memberi semangat untuk tetap hidup, tapi gadis kecil yang menggandeng tangannya berbisik...
“Yah, Tante ini sakit apa?”
Dia mirip sekali dengan engkau, gadis manis yang mewarisi senyum ayahnya, dari situ aku tahu, ini adalah akhir dari kisahku.

Des, 2011
Waktuku sudah sangat sempit, kuharap aku masih sempat untuk melupakanmu yang sudah bertahun tahun muncul di setiap mimpiku...

Jan, 2012
Kini tepat 5 tahun sejak saat pertama kali aku menuliskan tentangmu dan terakhir kalinya sebelum aku berhenti menulis, karena kurasa jantungku tak sanggup lagi berdegup sekuat pertama kalinya kita bertemu, bahkan sekarang terasa perih ketika tanganku bergerak diatas buku harianku, dan jikalau aku masih sempat melihatmu, kuharap kau mau membacakannya untukku, aku akan sangat berterima kasih, karena aku bisa pergi tanpa perasaan terbebani, dan kuharap ini tak akan membebanimu, karena kalau kau usai membaca kisahku, maka disaat itulah kisahku tepat berhenti tentangmu...

From Jaejoong to Yunho


Kali ini aku duduk diatas padang rumput di sore hari, melihat awan jingga yang selalu menjadi kebanggaanmu, melihat pelangi yang selalu membuatmu tersenyum, melihat bulir-bulir kelopak dandelion yang beterbangan ke angkasa, melihat kenyataan betapa kuatnya ingatanku tentangmu...



Kau selalu melindungiku, membantu, dan menjagaku dengan hatimu, bahkan aku merasa kau terlalu berlebihan akan hal itu



Haha, kau ingat kita pernah tak bertegur sapa selama tiga hari, karena kecanggungan yang merayap diantara kau dan aku, aku akui aku merasa harus menjaga jarak darimu



Tapi, aku tak bisa melakukannya, aku bukan seorang yang bisa berdiri sendiri tanpa bantuanmu, disisimu aku menemukan sebuah kehangatan dalam bingkai yang disebut persahabatan, hingga aku merasa bahwa kau memang memperlakukan aku dengan istimewa, berbeda dari yang lainnya



Walaupun aku seorang namja, namun aku masih saja gugup berada disekitarmu, kau pun hanya tersipu malu bila aku bertanya tentang itu, dan sepertinya kita sudah terbiasa akan hal itu, atau lebih tepatnya ini hanya antara kau dan aku



Jadi Yunho-ah



Kau lebih tahu aku dari siapapun, meski kita sudah terpisah berjuta-juta langkah, aku tak kan pernah mencoba benar-benar melupakanmu

Jangan khawatirkan aku, aku baik-baik saja, jadi jangan bersedih disana, karena senyummu terlalu berharga untuk menangisiku.



Your Wife,

Jaejoong

Haru-Musim Panas

Haru, apa kau sadar kenapa aku begitu mencintaimu?
Jika kau menanyakan hal yang sama, aku pun pasti sulit menjawabnya
Seperti kenapa bulan menggantikan matahari
Seperti mengapa awan menampung hujan
Seperti kenapa langit berdampingan dengan bumi
Haru, mungkin kau pikir aku sudah gila, iya kan?
Gadis sepuluh tahun sepertiku,
Sepertinya tak pantas mencintai terlalu dalam
Bukankah seharusnya aku mengerjakan lembaran-lembaran PR Matematiku
Haru, aku akan menunggumu
Jadi kumohon, jangan menghindar
Aku hanya ingin menemuimu
Karena rinduku ini kelewatan menyakitkan
Kuharap kau menemaniku meski hanya sementara
Dan kau akan pergi lagi setelah itu
Walau kau tak tahu, aku akan selalu jadi penggemar setiamu
Meski kau tak merasakan kehadiranku, namun aku akan selalu menanti kedatanganmu