Anyeonghaseyo!!!
Saya datang nih, bawa FF gaje, terinspirasi dari foto Jae
diatas, kekeke. //Lebay.
Title : Lovely
Hubby
Cast :
Hero-Jaejoong as husband
Anonim (bayangin diri kalian sendiri) as wife
Genre : Romance
Author : Febryana P.W
BGM : You are My
Melody-DBSK
Nah disini yang jadi wife-anonim, kenapa hayo? Penasaran ya?
//Biasa aja, situ gak sah lebay juga kalee.
OK, walau kalian gak penasaran , tapi saya akan tetep kasih
alasan. //Penting ya?
Berhubung saya takut Antis saya meningkat, atau ada yang bakal
ngirim surat ancaman plus teror ke saya, dan bertekad untuk menggulingkan
saya.//Emangnya presiden?
Jadi saya putusin pake anonim buat wife-nya Jae, kan gak
lucu juga kalo saya taruh nama saya di daftar Cast : Yana as Jae’s Wife. Kekeke
*Antis already rising...
Jadi buat para Jae’s lover, bayangin aja diri kalian sendiri
yang jadi istrinya tuan tampan-pintar masak-dan manis yang satu ini, pasti deh
senyum-senyum sendiri? Hehe.
Ok, hope u enjoy it^^. Oh, please comment yak. //Ni author
maksa bget *plak.
***
PRAAAAANGGG !!!
Kali ini aku benar-benar berantakan, celemek penuh noda saos
tomat, minyak diatas penggorengan yang mendesis-desis, ketel air yang mengeluarkan
bunyi-bunyian seperti peluit, potongan-potongan sayuran yang berceceran di
lantai, bau masakan yang gosong, dan yang paling parah, satu piring sudah
berhasil kupecahkan.
Dua jam ini apa yang sudah kulakukan? Aku sudah puluhan kali
membuka buku resep yang kubeli seminggu yang lalu di subway, bahkan aku 100% yakin
pada kata-kata si penjual -“Nona, saya jamin anda akan langsung jago masak
setelah membaca buku ini.”- Kenyataannya? Tak ada satu pun masakan yang
berhasil kubuat, atau lebih tepatnya, aku sudah berhasil menghancurkan dapur
kesayangannya, tidaaak, aku meringkuk memegangi lututku, rasanya mau menangis
saja.
Meski tanganku sudah pegal-pegal, tapi untungnya telingaku
masih berfungsi dengan baik,kudengar pintu depan dibuka, dia pulang! Ia
melangkah menuju dapur, refleks aku berdiri dan berlari ke ambang pintu, ia
membelalakan matanya melihat penampilanku, kupaksakan untuk memasang senyum
semanis mungkin di saat seperti ini.
“Ya Tuhan__, kau sudah pulang?” tanyaku, mencoba bersikap
tenang.
Ia menjawab dengan anggukan singkat, matanya lalu menangkap
keanehan yang terjadi di dalam dapur, aku masih saja mengangkat-angkat tangan sambil
memasang berbagai pose untuk menghalanginya masuk.
“Bau apa ini? Apa
yang kau lakukan?” tanyanya curiga.
“Ah! Tidak ada, kau istirahat saja, bukankah kau baru saja pulang,
kau pasti__,” aku mengapit lengannya, berusaha menyeretnya menjauh dari dapur.
“Tunggu sebentar,” ia memaksa untuk tetap masuk, aku membelalakan mata. Tidak ! Jangan!!! Pekikku dalam hati.
Selagi ia mengedarkan pandangannya ke semua sudut yang sudah
kuhancurkan, aku berusaha mengeluarkan berbagai macam alasan dan pembelaan yang
kurasa bisa membuatnya jadi lebih tenang, karena saat ini ia terlihat sangat
terpukul menerima kenyataan yang ada di depan matanya.
Ia menatapku dengan tatapan apa-yang-sudah-kau-lakukan? Aku
mengigit ujung celemekku, berharap dia tidak marah ataupun mengusirku dari
rumah.
“Maafkan aku__,” ucapku lirih, aku tertunduk merasa bersalah.
Ia menghela nafas kemudian.
“Baiklah__,” ia membuka jasnya lalu memberikannya padaku, “Ayo
kita bereskan semuanya.”
***
Jae membalik daging asap itu dengan mudah, padahal tadi aku
sudah mencobanya berkali-kali, tapi alhasil daging itu tidak mau terbalik dan
berakhir dengan kata gosong. Ia juga memotong sayuran dengan tangkas, pisau itu
menari-nari di tangannya, sedang tadi apa yang kulakukan? Menangisi bawang bombai
yang sudah kucacah kasar, benar-benar konyol.
Ia tak perlu buku resep, semua bahan sudah dihafalnya di
luar kepala, setelah ini, lalu kesini, masukan ini, tambah ini, dan la-la-la,
aku hanya bisa bertepuk tangan sambil berulang kali memujinya, aku berjanji
lain kali akan mengambil buku catatan untuk menuliskan semua tahapan yang ia
lakukan dengan sempurna. Kurasa ini lebih mudah dipahami, dibandingkan membaca
sekumpulan buku resep menyebalkan itu.
Ia tersenyum kepadaku setelah menyicip kuah supnya dengan
spatula, diambilnya sendok makan untuk menyiduk lebih banyak, meniupnya
sebentar, lalu ia menyuapiku, ia menatapku ingin tahu, aku membulatkan mataku,
ini benar-benar enak, kuacungkan kedua jempolku ke arahnya, ia tersenyum lega,
manis sekali.
Jae yang terhebat, batinku bangga.
“Aku melakukan ini tidak cuma-cuma__,” celetuknya tiba-tiba.
“Hah__? Apa maksudmu?” Aku meliriknya, yang masih
memutar-mutar spatula, kali ini diatas penggorengan. Ia tersenyum aneh,
misterius.
Ia menunjuk pipinya lalu mendekatkannya ke wajahku.
Spontan, aku meninju pelan lengannya. “Ya! Apa yang kau
lakukan?,” seketika itu pipiku memanas.
“Aish jinjja__. Kau ini ! Aku kan hanya minta sedikit
imbalan, kenapa kau begitu pelit? Lihat apa yang sudah kulakukan untukmu sekarang?”
Ia berkacak pinggang di depanku.
Aku mendelik, menggigit bibir, menimbang-nimbang, dan
berakhir pada kesimpulan dia memang benar, aku sudah banyak
merepotkannya. Tapi jantungku berdegup tak karuan saat ini, bahkan aku tak
mampu melihat matanya.
Sambil mengangkat daging yang sudah matang, ia terus saja
mengomel.
“Bukankah aku ini suami yang baik, tampan, pandai memasak,
dan rajin menabung, memangnya apa yang kurang dariku? Seharusnya kau bersyukur,
siapa lagi yang mau menikahi wanita yang takut ke dapur sepertimu, itu aku,
hanya ak__.”
Aku menciumnya tepat di pipi, ia berhenti mengomel, dan
membelalakan matanya, kali ini degup jantungku sudah layaknya marching band,
rasanya ada sengatan listrik yang menjalar dari kaki hingga kepalaku, aku
terlalu gugup dan malu untuk menatapnya.
Tiba-tiba ia menarikku kedalam pelukannya, tapi anehnya
perasaan gugup itu mencair, diganti dengan perasaan hangat yang begitu
menenangkan.
“Terima kasih__. Aku akan berusaha menjadi istri yang lebih
baik lagi,” ucapku lirih.
Jae mengangguk setuju, senyumnya mengembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar