Kamis, 12 April 2012

Lovely Hubby





Anyeonghaseyo!!!

Saya datang nih, bawa FF gaje, terinspirasi dari foto Jae diatas, kekeke. //Lebay.

Title      : Lovely Hubby
Cast     : Hero-Jaejoong as husband
              Anonim (bayangin diri kalian sendiri) as wife
Genre   : Romance
Author  : Febryana P.W
BGM    : You are My Melody-DBSK

Nah disini yang jadi wife-anonim, kenapa hayo? Penasaran ya? //Biasa aja, situ gak sah lebay juga kalee.
OK, walau kalian gak penasaran , tapi saya akan tetep kasih alasan. //Penting ya?

Berhubung saya takut Antis saya meningkat, atau ada yang bakal ngirim surat ancaman plus teror ke saya, dan bertekad untuk menggulingkan saya.//Emangnya presiden?

Jadi saya putusin pake anonim buat wife-nya Jae, kan gak lucu juga kalo saya taruh nama saya di daftar Cast : Yana as Jae’s Wife. Kekeke *Antis already rising...

Jadi buat para Jae’s lover, bayangin aja diri kalian sendiri yang jadi istrinya tuan tampan-pintar masak-dan manis yang satu ini, pasti deh senyum-senyum sendiri? Hehe.

Ok, hope u enjoy it^^. Oh, please comment yak. //Ni author maksa bget *plak.

***

PRAAAAANGGG !!!

Kali ini aku benar-benar berantakan, celemek penuh noda saos tomat, minyak diatas penggorengan yang mendesis-desis, ketel air yang mengeluarkan bunyi-bunyian seperti peluit, potongan-potongan sayuran yang berceceran di lantai, bau masakan yang gosong, dan yang paling parah, satu piring sudah berhasil kupecahkan. 

Dua jam ini apa yang sudah kulakukan? Aku sudah puluhan kali membuka buku resep yang kubeli seminggu yang lalu di subway, bahkan aku 100% yakin pada kata-kata si penjual -“Nona, saya jamin anda akan langsung jago masak setelah membaca buku ini.”- Kenyataannya? Tak ada satu pun masakan yang berhasil kubuat, atau lebih tepatnya, aku sudah berhasil menghancurkan dapur kesayangannya, tidaaak, aku meringkuk memegangi lututku, rasanya mau menangis saja.

Meski tanganku sudah pegal-pegal, tapi untungnya telingaku masih berfungsi dengan baik,kudengar pintu depan dibuka, dia pulang! Ia melangkah menuju dapur, refleks aku berdiri dan berlari ke ambang pintu, ia membelalakan matanya melihat penampilanku, kupaksakan untuk memasang senyum semanis mungkin di saat seperti ini.

“Ya Tuhan__, kau sudah pulang?” tanyaku, mencoba bersikap tenang.

Ia menjawab dengan anggukan singkat, matanya lalu menangkap keanehan yang terjadi di dalam dapur, aku masih saja mengangkat-angkat tangan sambil memasang berbagai pose untuk menghalanginya masuk.

 “Bau apa ini? Apa yang kau lakukan?” tanyanya curiga.

“Ah! Tidak ada, kau istirahat saja, bukankah kau baru saja pulang, kau pasti__,” aku mengapit lengannya, berusaha menyeretnya menjauh dari dapur.

“Tunggu sebentar,” ia memaksa untuk tetap masuk, aku membelalakan mata. Tidak ! Jangan!!! Pekikku dalam hati.

Selagi ia mengedarkan pandangannya ke semua sudut yang sudah kuhancurkan, aku berusaha mengeluarkan berbagai macam alasan dan pembelaan yang kurasa bisa membuatnya jadi lebih tenang, karena saat ini ia terlihat sangat terpukul menerima kenyataan yang ada di depan matanya. 

Ia menatapku dengan tatapan apa-yang-sudah-kau-lakukan? Aku mengigit ujung celemekku, berharap dia tidak marah ataupun mengusirku dari rumah.

“Maafkan aku__,” ucapku lirih, aku tertunduk merasa bersalah.

Ia menghela nafas kemudian.

“Baiklah__,” ia membuka jasnya lalu memberikannya padaku, “Ayo kita bereskan semuanya.”

***

Jae membalik daging asap itu dengan mudah, padahal tadi aku sudah mencobanya berkali-kali, tapi alhasil daging itu tidak mau terbalik dan berakhir dengan kata gosong. Ia juga memotong sayuran dengan tangkas, pisau itu menari-nari di tangannya, sedang tadi apa yang kulakukan? Menangisi bawang bombai yang sudah kucacah kasar, benar-benar konyol. 

Ia tak perlu buku resep, semua bahan sudah dihafalnya di luar kepala, setelah ini, lalu kesini, masukan ini, tambah ini, dan la-la-la, aku hanya bisa bertepuk tangan sambil berulang kali memujinya, aku berjanji lain kali akan mengambil buku catatan untuk menuliskan semua tahapan yang ia lakukan dengan sempurna. Kurasa ini lebih mudah dipahami, dibandingkan membaca sekumpulan buku resep menyebalkan itu.

Ia tersenyum kepadaku setelah menyicip kuah supnya dengan spatula, diambilnya sendok makan untuk menyiduk lebih banyak, meniupnya sebentar, lalu ia menyuapiku, ia menatapku ingin tahu, aku membulatkan mataku, ini benar-benar enak, kuacungkan kedua jempolku ke arahnya, ia tersenyum lega, manis sekali.

Jae yang terhebat, batinku bangga.

“Aku melakukan ini tidak cuma-cuma__,” celetuknya tiba-tiba.

“Hah__? Apa maksudmu?” Aku meliriknya, yang masih memutar-mutar spatula, kali ini diatas penggorengan. Ia tersenyum aneh, misterius.

Ia menunjuk pipinya lalu mendekatkannya ke wajahku.

Spontan, aku meninju pelan lengannya. “Ya! Apa yang kau lakukan?,” seketika itu pipiku memanas.

“Aish jinjja__. Kau ini ! Aku kan hanya minta sedikit imbalan, kenapa kau begitu pelit? Lihat apa yang sudah kulakukan untukmu sekarang?” Ia berkacak pinggang di depanku.

Aku mendelik, menggigit bibir, menimbang-nimbang, dan berakhir pada kesimpulan dia memang benar, aku sudah banyak merepotkannya. Tapi jantungku berdegup tak karuan saat ini, bahkan aku tak mampu melihat matanya.

Sambil mengangkat daging yang sudah matang, ia terus saja mengomel.

“Bukankah aku ini suami yang baik, tampan, pandai memasak, dan rajin menabung, memangnya apa yang kurang dariku? Seharusnya kau bersyukur, siapa lagi yang mau menikahi wanita yang takut ke dapur sepertimu, itu aku, hanya ak__.”

Aku menciumnya tepat di pipi, ia berhenti mengomel, dan membelalakan matanya, kali ini degup jantungku sudah layaknya marching band, rasanya ada sengatan listrik yang menjalar dari kaki hingga kepalaku, aku terlalu gugup dan malu untuk menatapnya.

Tiba-tiba ia menarikku kedalam pelukannya, tapi anehnya perasaan gugup itu mencair, diganti dengan perasaan hangat yang begitu menenangkan. 

“Terima kasih__. Aku akan berusaha menjadi istri yang lebih baik lagi,” ucapku lirih.

Jae mengangguk setuju, senyumnya mengembang.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar