Minggu, 30 September 2012

Without Words (11)



Title       : Without Words (11)

Author   : Febryana

Genre    : Friendship, slightly romance & yaoi

Cast      : All TVXQ members except Kim Junsu :p, BoA

Rating   : AA-PG

Length  : Multi Chapter-3.582 w

BGM    : TVXQ-Thank You My Girl
 

Mianhae this part absolutely late, keke, actually  I felt little bit burdened because of this *tears, so I waited for the idea for every single day-week, but it didn’t work at all, so I decided to delay this part until SMTOWN, after I had watched Yunho n Changmin at SMTOWN, suddenly “TAK” I had idea to make it and so hard to stop my fingers, *I just have felt crazy on writing this part, puahaha...
The previous part was here, so I hope u can enjoy it, and plis comment, chingudeul, kamsahamnida ;)

***

Changmin tengah sibuk melipat pakaiannya lalu memasukkannya ke dalam koper, ia memilih mengunci pintu kamar agar Yunho tidak masuk lalu menganggu dirinya yang tengah mempersiapkan segala sesuatu untuk konser mereka di Jakarta. Ia melirik koper Yunho yang menyembul  dari kolong tempat tidur, iseng ditariknya koper besar itu dari persembunyiannya, ia merasa harus melihat apa yang ada di dalamnya, tiba-tiba mengintip isi koper Yunho terlihat sangat menarik, dibukanya koper besar itu, dan begitu saja isinya langsung menyembul keluar, sudah pasti hyungnya itu hanya melempar asal-asalan pakaiannya ke dalam koper, akhirnya Changmin hanya bisa menghela nafas melihat kenyataan bahwa Yunho tak pernah bisa serapih dirinya.

Yunho memutar knop pintu kamarnya, tapi ternyata terkunci dari dalam, dirasanya Changmin sedang melakukan sesuatu disana.

“Ya! Kau sedang apa? Buka pintunya!” Yunho menggedor pintu berkali-kali.

Changmin memutar kepalanya ke arah pintu lalu meneriaki lelaki tua yang tak sabaran itu, “Jangan ganggu aku, hyung, aku lagi sibuk!” dengan sigap ia menutup koper Yunho lalu mendorongnya lagi ke dalam kolong tempat tidur.

“Ya! bocah! Aku sangat lelah, biarkan aku masuk dan tidur,” Yunho menempelkan kepalanya ke pintu, digedornya lagi pintu itu dengan lemas.

“Anggap saja ini hukuman untukmu, hyung! Karena sudah membuat BoA noona menderita dengan penyakit Kim Jaejoongmu itu!” Changmin meringis jahil, “Ck-ck-ck, kau memang ahlinya merepotkan orang lain.”

“Mworago? BoA?,” Yunho membulatkan matanya, apa benar sunbaenim terbebani dengan segala rengekannya,  tapi mungkin saja Changmin hanya asal bicara, akhir-akhir ini omongan Changmin seringkali menusuk perasaannya, “Ya! Jangan seenaknya mengambil kesimpulan! Apa yang BoA katakan padamu? Apa dia mengatakan sesuatu tentangku?,” Yunho merapatkan telingannya ke daun pintu, menantikan penjelasan dari bocah yang sudah terlanjur menyulut emosinya itu.

Changmin nyengir, “Rahasia!” jawab Changmin singkat.

“Ya! Shim Changmin, kau hobi sekali membuatku kesal, buka pintunya sebelum kudobrak!!!” Yunho memukul pintu kamar dengan keras, merasakan tangannya berdenyut-denyut nyeri setelahnya. 

Mendengar pukulan di pintu, Changmin berjingkat ngeri, segera diputarnya kunci yang terpasang di knop pintu, Yunho mundur selangkah, ia melipat tangannya di depan dada lalu memasang tampang cemberut, Changmin berdiri di depan pintu sambil meringis jahil.

“Hai, hyung__,” ia melambai kecil ke Yunho.

Yunho berdecak kesal, tiba-tiba amarahnya menguap begitu saja ketika melihat Changmin meringis di depannya, “Demi Tuhan! Sebenarnya apa sih yang kau lakukan?” Yunho melangkah masuk lalu melempar tubuhnya ke kasur, “Aaah, akhirnya...”

Yunho melirik Changmin yang mulai lagi merapikan isi kopernya, “Ya! Ternyata ini yang kau lakukan?” Yunho mendengus jengkel. “Setidaknya kau sudah berhasil membuatku kehabisan tenaga hari ini, bocah!” 

Yunho menarik guling lalu memeluknya, mengamati Changmin yang sedari tadi sibuk melipat-lipat bajunya, “Tapi__, apa yang kau katakan tadi itu sungguhan?” tanya Yunho setengah berbisik.

Changmin melirik Yunho yang tengah menatapnya penasaran, “aku melakukannya bukan karena tanpa alasan, hyung.”

Yunho tahu kemana arah pembicaraan ini berlanjut, pastinya Changmin akan menceramahinya dengan ini-itu yang bisa membuat kepalanya pening seketika, “kumohon, jangan mulai lagi, Changmin-ah,” Yunho menutup matanya, memasang pertahanan untuk omelan dongsaengnya itu kemudian.

“Dengarkan aku hyung, berhentilah merengek di depan BoA noona kalau kau tidak berniat untuk mengencaninya, dia sudah banyak pikiran lalu ditambah lagi dengan dirimu, apa kau tak merasa itu sungguh berlebihan, kau yang memutuskan untuk menemui orang itu, membuatnya menangis, lalu mencampakkannya, kalau kau tahu semua akan jadi begini, kenapa kau tidak mempersiapkan dirimu sejak awal, kau tanggung akibat dari perbuatanmu!”

Changmin merasa bahwa menjauhkan Yunho dari BoA adalah cara terbaik untuk membuat Kim Jae Joong lebih waras, Yoochun hyung memberinya informasi kalau Jae Hyung selalu menghabiskan malam-malamnya dengan minum soju sambil nonton comeback stage BoA bersama Yunho, sungguh mengerikan.

“Huuf, orang itu lagi__,” Yunho memiringkan badannya, menolak meladeni omelan Changmin yang menyudutkannya.

“Aku serius, hyung. Apa perlu kusebut namanya sekarang?!!!”

Yunho menutup kedua telinganya, meskipun nama orang itu tak disebut, tapi kini otaknya secara otomatis sudah menampilkan berbagai macam ekspresi Kim Jae Joong, “Ya! Kalau kau berani menyebutnya, aku akan membunuhmu!”

Changmin terkikik, ia mendekati Yunho lalu membisikkan sesuatu ke telinganya, “__kalau begitu aku akan membuatkan cappucino untukmu,” ledeknya.

“Ya! Bocah !!!” Yunho menegakkan tubuhnya lalu melempar tatapan membunuh pada dongsaengnya itu. 

“Dengar, aku sudah sangat kewalahan meladenimu, jangan mengajakku berdebat dengan karangan kekanakanmu tentang aku dan BoA, jadi kumohon, berhentilah mengomel dan biarkan aku tidur sekarang, arra?” Yunho kembali meringkuk, menutupi kepalanya dengan bantal, menolak untuk mendengarkan ocehan Changmin yang melukai hatinya, dan kemudian ia teringat untuk menambahkan satu kalimat lagi untuk menutup pertengkarannya dengan Changmin malam ini, “__dan hentikan memasukkan sunbaenim dalam masalah kita.”

Changmin mendengus kesal, “yaah... Kecuali kalau dia menyimpan perasaan padamu, hyung__,” Changmin menutup kopernya, lalu melangkah naik ke kasur, “__kurasa aku bisa memaafkan itu.” Ia kemudian berbaring telentang disamping Yunho yang kini tengah meringkuk membelakangi dirinya.

***

Tengah malam Yoochun keluar dari kamarnya dan mendapati Jaejoong tengah menangisi benda persegi panjang di depannya, ternyata hyungnya tak pernah bosan untuk melakukan hal itu, menonton video comeback Yunho feat BoA dengan beberapa botol soju bertengger diatas meja yang sama, ia merosot di sofanya sambil terus mengelap air matanya yang seperti sungai, ia memang tak pernah bisa menangis dengan keren.

“Demi Tuhan, hentikan menontonnya hyung! aku bisa gila melihatmu seperti itu setiap malam.” Yoochun memijat pundaknya, merasakan lelah seketika gara-gara kebiasaan baru hyungnya itu.

Jaejoong menoleh ke belakang, dilihatnya Yoochun tengah berdiri sambil menahan kuapan-kuapan kantuknya, “Kau bangun?” lalu ia menarik bantal disampingnya, “Duduklah sini__,” ujarnya sambil menekan touchpad laptopnya untuk mengulangi video yang sama.

Yoochun duduk disamping Jaejoong yang masih berkonsentrasi menunggu adegan Yunho menari dengan BoA, dipandangnya mata hyungnya yang sembab itu, ia hobi sekali menyakiti dirinya sendiri, Yoochun mendengus tak mengerti, ditutupnya laptop itu setelahnya tanpa menunggu ijin dari orang yang sudah berjam-jam menyiksa dirinya itu.

Ia berdiri dari duduknya, dilihatnya Jae hyung tidak protes dengan kelakuannya tadi, “Ini sudah hampir pagi, tidurlah hyung__.” 

“Sepertinya hidupnya lebih baik setelah meninggalkanku__,” Jaejoong menenggelamkan separuh wajahnya ke bantal yang dipeluknya, “__dia gemukan sekarang, benar kan?” Jaejoong melirik Yoochun yang masih berdiri disampingnya.

“Lalu kau tidak terima karena menderita sendirian, begitu?” Yoochun memiringkan kepalanya ke arah Jaejoong, ia menghela nafas kemudian, “Sudah kubilang, berhentilah menyiksa dirimu, yeoja-yeoja diluar sana saat ini tengah menunggumu untuk menikahinya, lalu kenapa kau masih saja menghabiskan sisa hidupmu hanya untuk seorang Jung Yunho, kurasa aku harus mencarikan seorang pacar untukmu, atau bagaimana dengan calon istri?CkCkCk, kau sudah tidak muda lagi hyung__.” Yoochun menggeleng lemas, lalu memasang tampang setengah bercanda campur sok serius, yang akhirnya membuat hyungnya itu berdecak kesal.

“Jakkaman! Kau pikir aku tidak laku, begitu?” Jaejoong akhirnya mengalihkan sepenuhnya tatapannya ke Yoochun, merasa terhina.

“Bukan tidak laku hyung, hanya kau tidak mau,” Yoochun melipat tangannya di depan dada, “Demi Tuhan, apa sih bagusnya Jung Yunho, sampai kau tidak bisa melepaskannya, ah, benar juga yang kau mau hanyalah Jung Yunho seorang, ok, apa kita harus melamarnya sekarang?” ledek Yoochun.

Jaejoong berdiri dari duduknya, dilingkarkan tangannya ke pundak Yoochun, “Ah, bagaimana kau bisa membaca pikiranku, Chun-ah? Aku sudah mempertimbangkannya sejak lama, melamarnya bukan ide yang buruk juga, ya kan?” Jaejoong meringis jahil.

“Ya! Kau sudah gila, hyung!!!” Yoochun melepaskan tangan Jae yang melingkar di bahunya, dirasanya otak hyungnya itu kelewat tidak waras. Ia lalu melangkah pergi dan Jae pun mengekornya dari belakang.

“Atau aku ke Indonesia saja untuk menemuinya, bagaimana menurutmu?” Jae merangkul pundak Yoochun lagi lalu menatapnya dengan wajah sok serius.

Yoochun menghentikan langkahnya, kini ia ingat kalau pertemuannya dengan Changmin tinggal beberapa hari lagi, dan semua akan jadi berantakan kalau Jae mengekornya ke Indonesia, tiba-tiba kepalanya berdenyut-denyut nyeri memikirkan kenekatan yang bisa dibuat seorang Kim Jae Joong, persis ketika ia menyamar sebagai ahjussi pengantar pizza untuk mengelabui orang-orang SM. 

Dia mendekatkan wajahnya ke arah Jaejoong, matanya menyipit, Jae terpaksa mundur selangkah merasakan kengerian dari tatapan sinis dongsaengnya itu, “Jangan mencoba bertindak gila lagi, hyung,” ujarnya dengan penekanan di tiap kata.

***

BoA menyodorkan sekaleng cappucino dingin kedepan Yunho, seketika itu ia mengernyit seperti sedang melihat benda menjijikan di depannya, BoA menarik kursi lalu duduk berhadapan dengan lelaki itu.

“Wae? Ada yang salah?” BoA melebarkan matanya, penasaran kenapa Yunho tak mau menyentuh kaleng cappucino dingin di depannya, “Kau tidak suka yang ini?”

“Ah, anniya, bukan begitu__,” jawab Yunho ragu, dan tiba-tiba saja suara Changmin berkumandang di penjuru ruang latihan.

“Noonaaaa!” Ia berdiri di depan pintu sambil melambai penuh semangat ke arah BoA.

“Oh, changmin-ah__,”dan dibalas dengan lambaian jari tangan oleh BoA.

Yunho melirik Changmin yang melangkah mendekati meja mereka, ia berharap bisa mengunci dongsaengnya itu di kamar mandi lalu melakban mulutnya, tiba-tiba suasana hatinya menjadi suram seketika, pertama gara-gara cappucino, dan sekarang karena Changmin, sepertinya ini akan menjadi hari yang buruk lagi.

Changmin memasang senyum manis ke arah BoA, membiarkan salah satu matanya menyipit dan itu dirasanya sebagai aegyo terbaik dalam hidupnya sebelum dikalahkan oleh Junsu-hyung yang sudah berhasil merebut posisinya sebagai maknae yang manis nan lucu. Sebenarnya kedatangannya kali ini tak sepenuhnya karena ingin mendukung comeback noona-nya itu, melainkan untuk mengawasi lelaki tua disampingnya, yang kini tengah tertunduk memandangi sekaleng cappucino di hadapannya, sebuah pertanda kalau penyakit Kim Jaejoong-nya lagi kumat, sekarang ini yang terpenting adalah memastikan kalau Yunho-hyung tak punya kesempatan untuk mulai menggoda sunbaenim yang dikaguminya.

“Kenapa kau hanya diam, hyung? Kau tak suka aku datang?” Changmin kini menarik kursi disebelah Yunho. BoA meringis melihat dua orang lelaki di hadapannya kini yang terkenal tak begitu akur.

“Benar, aku bosan melihatmu,” jawab Yunho singkat.

“Jangan ge-er hyung, aku datang kesini karena BoA noona, aku perlu menyemangatinya disaat ia kewalahan mengurusmu, benar begitu kan noona?”

Boa terkikik, ia mengangguk setuju, dilihatnya Yunho yang begitu menyedihkan dibully oleh dongsaengnya sendiri. Tiba-tiba BoA tersadar kalau Yunho sama sekali belum menyentuh sekaleng cappucino di hadapannya, “Aku penasaran Changmin-ah, apa hyungmu ini alergi cappucino? ia sama sekali tidak mau menyentuhnya__,” BoA memajukan dagunya menunjuk kaleng cappucino yang masih utuh disana.

Changmin nyengir, ia mendekatkan wajahnya ke BoA seraya berbisik kearahnya, “Dia sangat membenci cappucino, noona. Kau tahu kenapa?”

BoA melebarkan matanya, merasa ingin tahu misteri cappucino dalam hidup seorang Jung Yunho, Yunho yang merasakan ketidaknyamanan akhirnya mulai angkat bicara.

“Jangan dengarkan dia, sunbae. Dia pandai sekali mengarang cerita,” Yunho lalu melempar tatapan kau-mau-mati ke arah Changmin. Changmin pun menelan kembali kalimatnya.

“Kau suka sekali bermain rahasia-rahasiaan Yunho-ah, apa aku tidak boleh mengetahuinya?” Boa menatap Changmin memohon, “__sedikiiiit saja?”

Changmin membalas tatapan BoA dengan tampang yang dibuat sok menyedihkan, “Sayang sekali noona, sebaiknya kau tidak perlu tahu, karena ini bisa jadi sangat mengerikan,” Changmin bergidik ngeri, dan BoA menghela nafas karena rasa penasaran yang kini menggantung di hatinya.

Changmin sedikit merasa bersalah, “Bukankah kau sudah mencoretnya dari daftarmu, noona? Jadi kau tak perlu penasaran lagi dengan lelaki tua disampingku ini,” tambahnya. Changmin tersenyum mengejek Yunho, sedang Yunho memutar kepalanya, menolak menatap dongsaengnya yang masih percaya bahwa ia akan mengencani BoA.

BoA tertawa kecil, ia lalu memasang tampang sedih, “Haah. Kalau saja aku bisa melakukannya, Changmin-ah?__.” BoA kemudian bertopang dagu.

Yunho dan Changmin membelalakan matanya, mereka memandang BoA tak  percaya, apa mereka tidak salah dengar, terutama Changmin, kini ia harus menelan ludah, kerongkongannya tiba-tiba terasa kering, dan sebelum ia membuka mulut untuk meminta kejelasan pernyataan noona-nya barusan, BoA sudah berdiri dan bersiap untuk kembali latihan.

“Cha, sebenarnya aku pengen ngobrol lebih banyak lagi denganmu Changmin-ah, tapi kau tahu sendiri, aku hampir tercekik karena jadwal sialan ini,” BoA pura-pura mengiris lehernya dengan tangan. “Ya! Jung Yunho, kenapa kau masih duduk? Ayo kita latihan lagi!”

Dan Yunho langsung sigap berdiri mengekor BoA, sedang Changmin hanya bisa melongo memandangi punggung kedua orang itu.

***

Yunho menyambar handuk yang tergelatak di kursi, kini seluruh tubuhnya berkeringat, diliriknya BoA yang tengah terduduk di lantai, menggembungkan pipinya lalu mengipas-ngipaskan tangan ke lehernya, ia mengambil sebotol air mineral dan menegaknya segera, lalu tiba-tiba handphonenya mengeluarkan bunyi-bunyian tanda pesan masuk, ia meraih handphonenya lalu menggeser screennya, dan seketika itu matanya terbelalak, 5 pesan singkat dan 10 kali misscall dari “Si Bocah,” nama yang ia simpan dikontaknya mewakili Shim Changmin, dongsaengnya itu. Ia membuka satu-satu pesan itu.

Pesan 1
Dari : Si Bocah
Hyung, kenapa kau tidak mengangkat teleponku?!!!

Yunho mengernyit, apa bocah ini merindukan dirinya? Aneh sekali, batinnya.

Pesan 2
Dari : Si Bocah
Okay, kurasa kau masih latihan disana, kalau sudah selesai segera telpon aku!!!

Pesan 3
Dari : Si Bocah
Ya! Lama sekali?!!! Aku hampir mati penasaran!!!

Yunho meringis, kalau benar begitu mungkin sekarang dongsaengnya sudah jadi arwah penasaran.

Pesan 4:
Dari : Si Bocah
Dengar Hyung, kalau kau tidak berniat mengangkat telpon dariku, setidaknya kirimi aku pesan balasan!!! argh
 
Pesan 5:
Hyuuunggg...

Yunho kemudian menekan tombol panggil, ia lalu menarik kursi di dekatnya, menunggu Changmin mengangkat telpon darinya.

Changmin berteriak dari ujung telepon “Ya! Kau sedang apa? Kenapa tak membalas pesanku!” 

Yunho menarik kepalanya menjauh dari handphone yang ia dekatkan ke telinga, “Ya! Aku tidak tuli, kecilkan suaramu. Okay, kenapa kau mengirimkan 5 sms dan meninggalkan 10 misscall di hp-ku, merepotkan saja__.”

“Dengar, hyung. Sehabis latihan jangan pergi kemana-mana, langsung pulang, jangan berkeliaran di jalanan, arra?,” Changmin mengatur nafasnya, berusaha bersikap tenang menasehati Yunho, kata-kata BoA tadi membuatnya tak bisa duduk tenang di rumah.

Yunho memutar bola matanya, “Aku bukan gelandangan bocah, lebih baik kau khawatirkan asupan gizimu untuk comeback kita nanti.” Tiba-tiba suatu hal terlintas di pikiran Yunho, “ah, jakkaman. Mungkin kali ini aku akan pulang terlambat, sunbaenim mau mentraktirku makan samgyoepsal__.”

Changmin tercekat, yang dikhawtirkannya pun menjadi kenyataan, “BoA noona?” 

“Em__, ” Yunho mengangguk sambil memainkan jari-jarinya, membentuk  lingkaran-lingkaran di mejanya.

“ANDWAE, kau tak boleh pergi, Hyung!!!” Changmin kini berdiri di atas ranjangnya, memeras otak mencari-cari alasan yang tepat untuk menjauhkan Yunho dan BoA.

Yunho berjingkat kaget, “Ya! Kau ini kenapa? Kau salah makan?!” 

Tiba-tiba kata-kata Yunho membuat ide sakit perut tercetus dari otaknya, “uh-huh, iya, aku salah makan, hyung, aku tak tahu harus berbuat apa?” Changmin membuat nada suaranya terdengar setragis dan seme-milu-kan mungkin, dan diakhiri dengan teriakan ke handphonenya,“__maka dari itu, CEPAT PULANG!!!”

“Ya! Benarkah?” kini nada suara Yunho berubah jadi sangat khawatir. “Dengar, kau jangan kemana-mana, aku akan segera membeli obat, tetap disana, arrachi?” Yunho gelagapan dibuatnya, tidak biasanya dongsaengnya itu sakit, dan kalau ia benar-benar sakit, mungkin mereka tidak akan bisa comeback minggu depan, Yunho pun segera menyambar tasnya, BoA yang sedari tadi mengamati mulai merasa khawatir.

“Yunho-ah, ada apa?” Boa menanyai Yunho yang sudah melenggang menuju pintu keluar.

“Maafkan aku sunbaenim, acara makan malam kali ini kita tunda saja, lain kali aku akan mentraktirmu,” segera ia melangkah cepat, ditinggalkannya BoA yang setengah khawatir juga setengah kecewa.

***

“Hyuuuung!!!” Yoochun melangkah cepat, mencari-cari lelaki yang berhasil membuat kepalanya berdenyut-denyut nyeri, ia melangkah menuju dapur, dilihatnya sosok itu tengah menghisap ramennya.

Yoochun menarik kursi di samping hyungnya itu, “Hyung! Apa-apaan ini?” Yoochun menggebrak meja, ditunjuknya salah satu artikel koran pagi yang baru separuh dibacanya di ruang tamu tadi.

Jaejoong mengelap bibirnya, lalu membaca judul artikel yang ditunjuk Yoochun, “Hebat, kenapa mereka bisa tahu, Chun-ah?” Jaejoong membelalakan matanya, memasang ekspresi pura-pura kaget.

“Sekarang jelaskan, kenapa aku malah tidak tahu akan hal ini? Demi Tuhan, sebenarnya apa sih yang ada di otakmu, hyung!” Yoochun memandang Jaejoong kesal.

Jaejoong mengelus punggung Yoochun, “Tenanglah__, ini hanya fan meeting, berhentilah mengkhawatirkanku secara berlebihan.” 

Yoochun merasa pening seketika, dipeganglah kepalanya yang tiba-tiba terasa berat, “kau sudah tidak waras, hyung. Untuk apa melakukan fanmeeting? Kita tidak dalam proses comeback apalagi konser,” Yoochun menatap Jaejoong, tidak mengerti “__dan kenapa harus di Indonesia?!” tambahnya.

“Coba aku pikir__,” Jae mengelus-elus dagunya, “Junsu sudah konser disana, kau juga akan kesana, lalu aku? Apa kau tak merasa kalau ini tak adil,” Jae kini merangkul pundak Yoochun, “Aku berjanji  tak akan merepotkanmu Chun-ah, jadi tolong dukung aku untuk ini, jebbal__,” Jaejoong meringis.

Yoochun mendengus jengkel, sepertinya akan sulit untuk memaksa Jae-hyung untuk tidak pergi ke Indonesia, hyungnya itu terkenal keras kepala, “Tapi berjanjilah untuk tidak berlari ke hotel menemui Yunho-hyung!”

“Ya! Aku kesana tanggal 3 November, lagipula aku tidak senekat itu__,” Jaejoong menggigit bibir bawahnya, merasakan ada nada ragu di kalimat terakhirnya.

“Apa aku bisa mempercayaimu? Setelah penyamaranmu yang gagal itu?” Yoochun meledeknya.

“O! Tentu saja_,” jawab Jae dengan anggukan yang dipaksakan agar terlihat meyakinkan.

Dan Yoochun hanya bisa tertawa kecil melihat hyungnya yang satu itu.

***

Changmin sedang meminum susunya di depan TV sambil memegang roti selai di salah satu tangannya, diliriknya Yunho yang masih di kamar mandi setelah setengah jam berlalu sejak ia masuk kesana, sudah lama pakai nyanyi lagi, satu atau dua lagu sebenarnya tak masalah, tapi yang ini hampir satu album, ia pun meletakkan gelas susunya lalu menjejalkan potongan terakhir rotinya ke dalam mulut, didekatinya pintu kamar mandi sambil menyegerakan menelan roti di mulutnya.

“Hyung! Kau mau konser? Hentikan menari dan menyanyi di dalam situ, cepat keluar! Kau kan janji mau mentraktirku minggu ini?!!!”

Yunho membilas tubuhnya di bawah shower, sambil meneriaki Changmin dari dalam kamar mandi, “Kau ini manja sekali, mentang-mentang lagi sakit, seenaknya saja kau menyuruh ini itu__,” Yunho kembali lagi menyanyikan salah satu lirik lagu ‘Thank You My Girl.’

Changmin menelan ludah, ternyata hyungnya masih percaya kalau dia benar-benar sakit perut kemarin, padahal obat yang diberi Yunho sama sekali tidak diminumnya, disembunyikannya obat itu di tas koper miliknya yang sudah pasti aman dengan kode kunci yang hanya ia yang tahu, dan tiba-tiba bel masuk berbunyi, Changmin menggedor pintu kamar mandi, “Ya! Ppali__,” teriaknya ke Yunho, sebelum segera berlari menuju layar interkom.

Dipencetnya salah satu tombol di layar itu, dan ‘cling’ wajah BoA langsung memenuhi layar interkom di depannya, BoA tersenyum manis, “Changmin-ah, apa itu kau? Hehe, aku datang lagi__,” BoA meringis seraya menyelipkan rambut ke belakang telinganya.

“Gawat, kenapa BoA noona datang kemari?” Changmin pias seketika, ia lalu melirik ke kamar mandi, Yunho tengah selesai rekaman, ia juga sudah mematikan showernya, sigap disambanginya pintu kamar mandi, ia lalu memutar kuncinya, tiba-tiba pikiran untuk mengurung Yunho disana adalah yang terbaik untuk saat ini.

Mendengar bunyi klik dari knop pintu, Yunho pun menyampirkan handuk ke bahunya, ia lalu meraih knop pintu dan memutarnya, terkunci! “Ya! Bocah, apa yang kau lakukan?!!!” Yunho meneriaki bayangan Changmin dihadapannya.

“Ssst, tetap disitu, dan jangan mengeluarkan bunyi apapun sebelum aku memperbolehkanmu keluar!” bisik Changmin ke pintu kamar mandi.

“Ya! Kau gila bocah!!!,” teriak Yunho lagi sebelum akhirnya terduduk di closet dengan perasaan kesal.

Changmin lalu menekan tombol open di layar interkom, dan bergegas membuka pintu masuk untuk noona-nya.

“Hai, noona, ada angin apa sampai kau repot-repot kemari?” Changmin mempersilahkan masuk, diamatinya BoA yang membawa dua plastik besar di kedua tangannya. 

“Bisa tolong bantu aku, Changmin-ah?” BoA terlihat begitu kewalahan, Changmin pun segera meraih dua plastik besar dari tangan BoA dan menjinjingnya ke atas meja makan, sementara itu BoA mengganti sepatunya dengan sandal rumah.

“Uh, apa ini noona?” Changmin mengintip isi plastik besar itu, yang ternyata dipenuhi oleh sayur, buah, daging, dan ikan. “Kau belanja segini banyaknya?” Changmin menatap BoA tidak percaya, “__sendirian?” tambahnya.

BoA mengangguk seraya tersipu, “Ehem, kudengar kau sakit Changmin-ah, jadi kukira aku harus datang untuk menjengukmu, dan akan terlihat aneh kalau aku tidak bawa apa-apa, kan?” BoA menghampiri Changmin lalu mengeluarkan isi kantong plastik besar itu satu per satu ke meja makan. 

Tiba-tiba jantung Changmin mencelos karena perhatian noonanya itu, kalau saja diperbolehkan, ia ingin sekali memeluk BoA untuk mengucapkan terima kasih, tapi itu tidak mungkin terjadi, BoA sungguh wanita yang baik dan manis, tapi kebohongannya tentang sakit perut terasa begitu kejam karena telah memaksa noona yang dikaguminya ini menyamar sebagai orang biasa untuk berbelanja di super market, ya Tuhan, aku siap untuk dihukum, sesalnya kemudian.

“Terima kasih, noona__,” Changmin menatap BoA penuh arti dan dibalas dengan senyum malaikat oleh noonanya itu.

“Oh, iya, mana hyung-mu? Kok tidak kelihatan?” BoA memutar kepalanya, mencari-cari lelaki yang ingin ditemuinya disamping menjenguk Changmin.

Changmin tergelak, ia lalu melirik ke kamar mandi, untunglah hyungnya itu menuruti perintahnya, jujur saja Changmin masih khawatir kalau BoA memang menyimpan perasaan pada Yunho-hyung, lebih tepatnya ia kurang terima kalau Yunho mendapatkan wanita sebaik BoA, sedang lelaki tua itu belum sepenuhnya melupakan Jae-hyung, lagipula ini demi kebaikan hyung-hyungnya, tidak melibatkan BoA terlalu jauh adalah jalan yang terbaik saat ini, sementara Changmin mengadu pembelaan di otaknya, BoA kini tengah mondar-mandir di dapur menyiapkan beberapa peralatan untuk memasak.

“Dia baru saja per__,” dan sebelum Changmin menyelesaikan kalimatnya, Yunho sudah mengingkari janjinya.

“Siapa yang datang bocah?! Sepertinya aku mendengar suara BoA__,” teriak Yunho dari dalam kamar mandi.

Changmin tercekat, ia segera berjingkat ke kamar mandi, ditinggalkannya BoA yang masih celingukan mencari darimana suara Yunho datang. Ia lalu membuka sedikit pintu kamar mandi, ditatapnya Yunho dengan tatapan membunuh, “Ya! Kusuruh kau diam, kan?!!!” Changmin menceramahinya dengan nada berbisik.

Yunho yang sedari tadi meradang di kamar mandi pun menjeblak keluar dengan anarkis, membuat Changmin yang kurus tinggi terjengkang ke belakang, dan saat dia sudah keluar kamar mandi didapatilah BoA tengah membelalakan matanya memasang ekspresi kaget bercampur ngeri, dan sepersekian detik kemudian ia menutup mata sambil berteriak seperti sedang melihat kecoa didepannya. Yunho baru sadar, kalau ia tengah setengah telanjang di depan BoA, untung saja dari perut ke lutut masih aman tertutup handuk yang terlilit di pinggangnya, ia pun melirik Changmin yang memegangi perut sambil terkikik di belakangnya, kemudian ia berlari segera ke kamar, untuk mengganti kostum mandinya.


2 komentar:

  1. jadi sebenernya kamu pengen yunho sama boa ato jeje sih ? hahaha
    yaudah lanjutkan yan, maafkan aku karena sering menjadi silent reader huhu
    baru aja donlod dbsk yg saranghamnida, malah jadi kangen mereka ber5 T______T

    BalasHapus