Selasa, 01 Mei 2012

Without Words (5)

Title                       : Without Words (5)

Author                   : Febryana

BGM                     : Without Words - 9th Street

The previous part is here. Enjoy it^^



Jae POV

Jiji sedari tadi mengeong, mencakar-cakar ujung selimutku, aku memandangnya sebentar lalu menghela nafas panjang, sebentuk wajah itu muncul lagi di kepalaku, kutarik selimut hingga menutupi kepalaku, dan saat ini kuakui, aku membencinya.

“Hyung sampai kapan kau akan bergelung disitu?” 

Aku bisa mendengarnya dari balik selimut, Junsu memanggil Jiji untuk mendekat padanya.

“Kasihan sekali, seharian ini tuanmu tak peduli padamu ya? Sini sama paman saja ya? Uuum...”

Aku bisa membayangkan wajah Junsu ketika dia berkata seperti itu, wajah polos dan kekanakannya membuatku sedikit menarik ujung bibirku.

“Hyung!!!” Junsu menarik selimutku, aku mendapati dirinya mendekap Jiji dengan tangan kirinya sedang tangan kanannya menarik selimutku hingga jatuh ke lantai. Aku terpaksa bangun dan memandangnya kesal.

“Ya! Biarkan aku hidup tenang hari ini!” Kini aku menarik bantal untuk menutupi kepalaku, kembali meringkuk di katas kasur.

“Hyung, kau ini kenapa? Semenjak kau pulang tadi malam sikapmu jadi aneh?”

Mendengar kata-katanya membuatku mengingat kembali kejadian malam itu dan lagi-lagi aku membencinya. “Sudahlah, jangan ganggu aku!”

“ Yun-ho hyung lagi__?” ada nada hati-hati ketika ia mengucap nama orang itu, orang yang sudah membuatku seperti ini selama seharian penuh.

Aku mendesah, kupaksakan tubuhku untuk duduk di kasur, aku menatap wajah Junsu yang terlihat menyesal sudah memasukkan nama orang itu ke dalam kalimatnya. 

Tiba-tiba Jiji melompat dari dekapan Junsu, Jiji mengelus-eluskan kepalanya ke pahaku, aku balas mengelus kepalanya, aku tersenyum, berapa kali pun aku mencoba, aku memang tak pernah bisa membenci dia, termasuk kau Jiji. 

“Oke Junsu-ah, aku akan bangun__.” Aku berdiri di samping kasur dengan Jiji dalam dekapan tanganku. 

Junsu nyengir, menampakkan deretan giginya yang putih. Aku tahu yang ia pikirkan saat ini. Saat itu juga kuacungkan telunjukku tepat di depan wajahnya.

“Eits, kali ini aku sedang tak berminat untuk masak, jadi jangan berharap,” ia memberengut kesal.

“HYUUNGG!!!”

 Yoochun berlari ke arahku, menarik lenganku cepat-cepat ke ruang TV lalu memaksaku duduk di sofa, ia lalu meraih remote dan mengeraskan volumenya, aku memandangnya heran, tapi suara itu membuatku langsung memusatkan pandanganku di layar berbentuk persegi panjang di depan kami, sebentuk wajah yang memenuhi pikiranku seharian ini, muncul disana dan tidak diragukan lagi dia selalu tampan, berwibawa seperti biasanya. Aku terlalu sibuk menganggumi penampilannya hingga melupakan apa yang sudah dilakukannya padaku malam tadi. Kau benar Jiji, aku tak pernah bisa membenci tuanmu yang satu itu.

“Ini live?” Junsu ikut nimbrung, ia memilih duduk di sebelah kananku.

“Sst, jangan berisik!” Yoochun, yang sedari tadi sudah duduk di sebelah kiriku, melotot ke arah Junsu, ia mendekatkan telunjuk ke bibirnya, memberi isyarat untuk diam, aku terkikik pelan, kurasa suara Junsu tak bisa dibandingkan dengan berisiknya presenter yang sedang mewawancarai Yunho, Chun-ah kau terlalu berlebihan. 

***

Author POV

“Baiklah, sekarang beralih ke Yunho-ssi.”

“Ne,” Yunho membenarkan posisi duduknya.

“Kau terlihat pucat, apa kau sedang sakit?” Jaesuk mengamati tiap inchi wajah Yunho, selang sebentar Yunho tersipu.

“Kenapa anda menatap saya seperti itu?” Ia tertunduk malu.

“Ah ye, mianhae Yunho-ssi,” Jaesuk tertawa garing, “Apa kau sakit?” Jaesuk kembali mengulang pertanyaanya.

“Hanya sedikit tidak enak badan,” Yunho menjawab dengan sopan.

“Dia kurang tidur tadi malam__,” Changmin menimpali, Yunho menatap Changmin sebentar, lalu kembali menatap Jaesuk dengan anggukan kecil.

“Wah TVXQ memang selalu sibuk ya? Jaga kesehatanmu Yunho-ssi__,” Jaesuk menepuk punggung Yunho pelan, Yunho mengangguk sopan.

“Bagaimana dengan konser di Jepang kemarin?” Jaesuk membuka pertanyaan pertama.

“Semua berjalan dengan lancar dan kami sangat bahagia bisa kembali menyapa para fans Jepang,” Changmin mengangguk setuju.

“Kudengar seluruh tiket terjual habis jauh-jauh hari, benarkah itu?”

“Ah ye,” Yunho mengangguk.

“Wah, kalian benar-benar hebat!” Jaesuk menggeleng-gelengkan kepalanya-heran.

“Sekarang TVXQ hanya digawangi oleh dua member, adakah perbedaan yang kalian rasakan?” Jaesuk sepertinya akan membawa interview ini ke pertanyaan yang lebih sensitif.

“Perbedaan itu pasti ada, tapi kami berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan penampilan yang terbaik kepada penggemar, dan yang jauh lebih penting, aku dan Changmin, kita berdua menjadi semakin kuat,” Yunho menatap Changmin, Changmin membalasnya dengan tersenyum simpul. 

“Yunho-ssi kau menangis ketika konser di Jepang, benarkah itu?”

Yunho tersenyum malu, menutupi mulutnya. Jaesuk ikut tersenyum. Changmin mengangguk mengiyakan.

“Saya terbawa suasana ketika itu__,” Yunho menatap Changmin sebentar.

 “Saya sempat khawatir kalau dia sudah lupa cara untuk menangis,” celetuk Changmin sambil nyengir jahil, Yunho hanya tertunduk malu, Jaesuk tertawa memuji lelucon Changmin.

“Kami merasa terharu atas segala dukungan dan perhatian dari fans, mereka sangat mencintai TVXQ, terima kasih atas kepercayaan kalian,” Yunho menambahkan, dan kesedihan itu tiba-tiba muncul di kedua matanya.

Mereka lalu kembali melakukan tanya jawab tentang promo album, konser, dan kesibukan TVXQ akhir-akhir ini, kemudian masuklah ke sesi terakhir, pertanyaan yang lebih santai.

“Setiap orang pasti pernah menyesal dalam hidupnya, apa yang paling membuatmu merasa menyesal dalam hidup ini, Changmin-ssi?”

Changmin tergelak, matanya mengerjap-ngerjap sebentar.

“Dia melamun tadi__,” Yunho meringis menatap wajah dongsaengnya yang sering blank itu.

Changmin tersipu malu, menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Bisa Anda ulang pertanyaannya?” 
Changmin meringis.

Jaesuk tertawa kecil lalu kembali mengulang pertanyaannya tadi.

“Emmm, sebenarnya aku ingin menyampaikan ini kepada adikku__,” Changmin menatap Jaesuk, ia mengaitkan kedua telapak tangannya di depan dada.

“Ah, silahkan katakan saja di depan kamera__,” Jaesuk mempersilahkan Changmin untuk berbicara di depan kamera.

“Untuk adikku, oppa minta maaf karna sering tidak memperhatikanmu, oppa janji akan mengajakmu bermain lebih sering walaupun jadwal kami padat, jadi jangan marah, saranghae...” Changmin membentuk tanda hati dengan kedua tangannya, muncul sedikit rona merah di pipinya, senyum kelegaan menghiasi wajah Changmin setelah itu.

“Jadi penyesalan Changmin adalah karena kurang perhatian pada adiknya,” Jaesuk menerangkan. Changmin mengangguk malu.

“Bagaimana dengan Yunho-ssi?” Jaesuk kini beralih menatap Yunho.

“Ah ye, sebenarnya saya ingin mengatakan sesuatu kepada seorang teman__,” Yunho menatap Changmin, Changmin mengangguk, mengerti apa yang ada di pikiran hyung-nya itu.

“Saya sudah membuatnya menangis tadi malam__,” Yunho nampak melankolis. Jaesuk menatapnya ingin tahu. Yunho tertunduk sebentar lalu menatap kearah kamera, tersenyum penuh penyesalan.

“Mianhae, jeongmal...,” ia kembali menunduk, mencari kata-kata yang tepat, “Aku tahu aku salah, dan__ aku menyesalinya.”

Yunho menatap Changmin yang tertunduk, tapi Changmin hanya tersenyum tipis, tak berani menatap mata Yunho, Yunho menangkupkan tangannya ke dada, tampak sebuah cincin melingkar di jari manisnya, mengkilat tersorot cahaya.

“Jadi__ jangan menangis lagi, aku berjanji tak kan mengulangi kesalahan yang sama. Percayalah padaku.”




2 komentar:

  1. kalo aku yang jadi jae, ngeliat yunho yg begitu di tipi, aku udah meleleh duluan lah pasti.

    BalasHapus