Author :
Febryana
BGM :
Without Words - 9th Street
The previous part is here. Enjoy it^^
Jae POV
Jiji sedari tadi mengeong, mencakar-cakar
ujung selimutku, aku memandangnya sebentar lalu menghela nafas panjang, sebentuk
wajah itu muncul lagi di kepalaku, kutarik selimut hingga menutupi kepalaku,
dan saat ini kuakui, aku membencinya.
“Hyung sampai kapan kau akan bergelung disitu?”
Aku bisa mendengarnya dari balik selimut,
Junsu memanggil Jiji untuk mendekat padanya.
“Kasihan sekali, seharian ini tuanmu tak
peduli padamu ya? Sini sama paman saja ya? Uuum...”
Aku bisa membayangkan wajah Junsu ketika dia
berkata seperti itu, wajah polos dan kekanakannya membuatku sedikit menarik
ujung bibirku.
“Hyung!!!” Junsu menarik selimutku, aku
mendapati dirinya mendekap Jiji dengan tangan kirinya sedang tangan kanannya
menarik selimutku hingga jatuh ke lantai. Aku terpaksa bangun dan memandangnya
kesal.
“Ya! Biarkan aku hidup tenang hari ini!” Kini
aku menarik bantal untuk menutupi kepalaku, kembali meringkuk di katas kasur.
“Hyung, kau ini kenapa? Semenjak kau pulang tadi
malam sikapmu jadi aneh?”
Mendengar kata-katanya membuatku mengingat
kembali kejadian malam itu dan lagi-lagi aku membencinya. “Sudahlah, jangan
ganggu aku!”
“ Yun-ho hyung lagi__?” ada nada hati-hati ketika
ia mengucap nama orang itu, orang yang sudah membuatku seperti ini selama
seharian penuh.
Aku mendesah, kupaksakan tubuhku untuk duduk
di kasur, aku menatap wajah Junsu yang terlihat menyesal sudah memasukkan nama
orang itu ke dalam kalimatnya.
Tiba-tiba Jiji melompat dari dekapan Junsu,
Jiji mengelus-eluskan kepalanya ke pahaku, aku balas mengelus kepalanya, aku
tersenyum, berapa kali pun aku mencoba, aku memang tak pernah bisa membenci
dia, termasuk kau Jiji.
“Oke Junsu-ah, aku akan bangun__.” Aku berdiri
di samping kasur dengan Jiji dalam dekapan tanganku.
Junsu nyengir, menampakkan
deretan giginya yang putih. Aku tahu yang ia pikirkan saat ini. Saat itu juga
kuacungkan telunjukku tepat di depan wajahnya.
“Eits, kali ini aku sedang tak berminat untuk
masak, jadi jangan berharap,” ia memberengut kesal.
“HYUUNGG!!!”
Yoochun
berlari ke arahku, menarik lenganku cepat-cepat ke ruang TV lalu memaksaku
duduk di sofa, ia lalu meraih remote dan mengeraskan volumenya, aku
memandangnya heran, tapi suara itu membuatku langsung memusatkan pandanganku di
layar berbentuk persegi panjang di depan kami, sebentuk wajah yang memenuhi
pikiranku seharian ini, muncul disana dan tidak diragukan lagi dia selalu
tampan, berwibawa seperti biasanya. Aku terlalu sibuk menganggumi penampilannya
hingga melupakan apa yang sudah dilakukannya padaku malam tadi. Kau benar Jiji,
aku tak pernah bisa membenci tuanmu yang satu itu.
“Ini live?” Junsu ikut nimbrung, ia memilih
duduk di sebelah kananku.
“Sst, jangan berisik!” Yoochun, yang sedari
tadi sudah duduk di sebelah kiriku, melotot ke arah Junsu, ia mendekatkan
telunjuk ke bibirnya, memberi isyarat untuk diam, aku terkikik pelan, kurasa
suara Junsu tak bisa dibandingkan dengan berisiknya presenter yang sedang mewawancarai
Yunho, Chun-ah kau terlalu berlebihan.
***
Author POV
“Baiklah, sekarang beralih ke Yunho-ssi.”
“Ne,” Yunho membenarkan posisi duduknya.
“Kau terlihat pucat, apa kau sedang sakit?”
Jaesuk mengamati tiap inchi wajah Yunho, selang sebentar Yunho tersipu.
“Kenapa anda menatap saya seperti itu?” Ia
tertunduk malu.
“Ah ye, mianhae Yunho-ssi,” Jaesuk tertawa
garing, “Apa kau sakit?” Jaesuk kembali mengulang pertanyaanya.
“Hanya sedikit tidak enak badan,” Yunho
menjawab dengan sopan.
“Dia kurang tidur tadi malam__,” Changmin
menimpali, Yunho menatap Changmin sebentar, lalu kembali menatap Jaesuk dengan
anggukan kecil.
“Wah TVXQ memang selalu sibuk ya? Jaga
kesehatanmu Yunho-ssi__,” Jaesuk menepuk punggung Yunho pelan, Yunho mengangguk
sopan.
“Bagaimana dengan konser di Jepang kemarin?”
Jaesuk membuka pertanyaan pertama.
“Semua berjalan dengan lancar dan kami sangat
bahagia bisa kembali menyapa para fans Jepang,” Changmin mengangguk setuju.
“Kudengar seluruh tiket terjual habis
jauh-jauh hari, benarkah itu?”
“Ah ye,” Yunho mengangguk.
“Wah, kalian benar-benar hebat!” Jaesuk
menggeleng-gelengkan kepalanya-heran.
“Sekarang TVXQ hanya digawangi oleh dua
member, adakah perbedaan yang kalian rasakan?” Jaesuk sepertinya akan membawa
interview ini ke pertanyaan yang lebih sensitif.
“Perbedaan itu pasti ada, tapi kami berusaha
semaksimal mungkin untuk memberikan penampilan yang terbaik kepada penggemar,
dan yang jauh lebih penting, aku dan Changmin, kita berdua menjadi semakin
kuat,” Yunho menatap Changmin, Changmin membalasnya dengan tersenyum simpul.
“Yunho-ssi kau menangis ketika konser di
Jepang, benarkah itu?”
Yunho tersenyum malu, menutupi mulutnya.
Jaesuk ikut tersenyum. Changmin mengangguk mengiyakan.
“Saya terbawa suasana ketika itu__,” Yunho menatap
Changmin sebentar.
“Saya sempat
khawatir kalau dia sudah lupa cara untuk menangis,” celetuk Changmin sambil nyengir
jahil, Yunho hanya tertunduk malu, Jaesuk tertawa memuji lelucon Changmin.
“Kami merasa terharu atas segala dukungan dan
perhatian dari fans, mereka sangat mencintai TVXQ, terima kasih atas
kepercayaan kalian,” Yunho menambahkan, dan kesedihan itu tiba-tiba muncul di
kedua matanya.
Mereka lalu kembali melakukan tanya jawab
tentang promo album, konser, dan kesibukan TVXQ akhir-akhir ini, kemudian
masuklah ke sesi terakhir, pertanyaan yang lebih santai.
“Setiap orang pasti pernah menyesal dalam
hidupnya, apa yang paling membuatmu merasa menyesal dalam hidup ini,
Changmin-ssi?”
Changmin tergelak, matanya mengerjap-ngerjap
sebentar.
“Dia melamun tadi__,” Yunho meringis menatap
wajah dongsaengnya yang sering blank
itu.
Changmin tersipu malu, menggaruk-garuk
kepalanya yang tidak gatal. “Bisa Anda ulang pertanyaannya?”
Changmin meringis.
Jaesuk tertawa kecil lalu kembali mengulang
pertanyaannya tadi.
“Emmm, sebenarnya aku ingin menyampaikan ini
kepada adikku__,” Changmin menatap Jaesuk, ia mengaitkan kedua telapak
tangannya di depan dada.
“Ah, silahkan katakan saja di depan kamera__,”
Jaesuk mempersilahkan Changmin untuk berbicara di depan kamera.
“Untuk adikku, oppa minta maaf karna sering
tidak memperhatikanmu, oppa janji akan mengajakmu bermain lebih sering walaupun
jadwal kami padat, jadi jangan marah, saranghae...” Changmin membentuk tanda
hati dengan kedua tangannya, muncul sedikit rona merah di pipinya, senyum kelegaan
menghiasi wajah Changmin setelah itu.
“Jadi penyesalan Changmin adalah karena kurang
perhatian pada adiknya,” Jaesuk menerangkan. Changmin mengangguk malu.
“Bagaimana dengan
Yunho-ssi?” Jaesuk kini beralih menatap Yunho.
“Ah ye, sebenarnya
saya ingin mengatakan sesuatu kepada seorang teman__,” Yunho menatap Changmin,
Changmin mengangguk, mengerti apa yang ada di pikiran hyung-nya itu.
“Saya sudah
membuatnya menangis tadi malam__,” Yunho nampak melankolis. Jaesuk menatapnya
ingin tahu. Yunho tertunduk sebentar lalu menatap kearah kamera, tersenyum
penuh penyesalan.
“Mianhae, jeongmal...,”
ia kembali menunduk, mencari kata-kata yang tepat, “Aku tahu aku salah, dan__
aku menyesalinya.”
Yunho menatap
Changmin yang tertunduk, tapi Changmin hanya tersenyum tipis, tak berani
menatap mata Yunho, Yunho menangkupkan tangannya ke dada, tampak sebuah cincin
melingkar di jari manisnya, mengkilat tersorot cahaya.
“Jadi__ jangan
menangis lagi, aku berjanji tak kan mengulangi kesalahan yang sama. Percayalah
padaku.”
kalo aku yang jadi jae, ngeliat yunho yg begitu di tipi, aku udah meleleh duluan lah pasti.
BalasHapusiya tuh jadi mellow bgt, mksih komennya
Hapus